9 Surat Kartini Yang Menunjukkan Pemikirannya
Rabu, 06 April 2016
Opini
Netizenia.com |
Siapa yang tidak mengenal sosok Kartini??, sosok perempuan ningrat
jawa, yang membawa perubahan pemikiran tentang emansipasi, persamaan hak yang
sama bagi kaum perempuan dan laki-laki. Pemikiran yang lahir dari sumbatan budaya
patriarki yang memarjinalkan perempuan, dia perempuan pribumi pertama yang menunjukkan
pemikiran bahwa pembangunan manusia tidak akan pernah tercapai jikalau tanpa melibatkan
sosok perempuan.
Beliau yang lahir dan besar di tengah masa gelap kolonialisme dan
feodalisme, dimana perempuan adalah hanya sebagai obyek dari berbagai sistem
yang menafikkan kemanusian perempuan. Perempuan hanyalah sosok pelangkap,
perannya hanya diperuntukkan dalam ranah domestik, bahkan tidak memiliki hak
preprogratif menentukan nasib atas hidup yang dijalani.
Berangkat dari segala kegelisahan Kartini membuka cakrawala dunia
lewat tulisan-tulisannya kepada sahabat-sahabat penanya di Belanda. Lewat surat-suratnya
Kartini menuangkan segala harapan, resah gelisah, dan pemikirannya tentang
nasib perempuan pribumi. Sebagai seorang perempuan jawa yang terikat akan
kultur yang diskriminatif Kartini dengan segala keterbatasannya sebagai
perempuan yang terkungkung dalam kultur patriarki memberi cerah bagi kaum
perempuan setelah masanya. Kita mengenal Kartini dari surat-suratnya yang
dikumpulkan oleh teman-temannya yang ada di Eropa.
Duisternis Tot Licht dalam
bahasa Indonesia kita kenal Habis Gelap
Terbitlah Terang, adalah buku yang memuat surat yang berisikan pemikiran
Kartini. Namun, kiranya masih banyak yang tidak mengetahui apa dan bagaimana
isi pemikiran Kartini dalam surat-suratnya tersebut, karena mungkin yang kita
tahu dari Kartini dia adalah perempuan pertama di negeri ini yang
memperjuangkan emansipasi, dari sini kita akan mengenal sosok Kartini lebih
dalam, bahwa Kartini teramat istimewa dengan segala pemikirannya. Berikut adalah
adalah beberapa petikan surat Kartini yang menunjukkan pemikirannya.
1. Surat Kartini kepada Mrs Zeehandelaar, 25 Mei 1899
“Jika saja masih anak-anak ketika kata ‘Emansipasi’ belum ada bunyinya, belum berarti lagi bagi pendengaran saya, karangan dan kitab-kitab tentang kebangunan kaum putrid masih jauh dari angan-angansaja, tetapi dikala itu telah hidup di dalam hati sanubari saya satu keinganan yang kian lama kian kuat, ialah keinginan akan bebas, merdeka, berdiri sendiri.”
2. Surat
Kartini kepada Mrs Zeehandelaar, 18 Agustus 1899
“Bagi saya ada dua macam bangsawan, ialah bangsawan fikiran dan bangsawan budi. Tidakkah yang lebih gila dan bodoh menurut pendapat saya daripada melihat orang yang membanggakan asal keturunan.”3. Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899
“Sesungguhnya adat sopan-santun kami orang jawa amatlah rumit. Adikku harus merangkak bila hendak lalu dihadapanku, kalau adikku duduk dikursi, saat aku lalu, haruslah ia turun duduk di tanah, dengan menundukkan kepala, sampai aku tidak kelihatan lagi. Adik-adikku tidak boleh ber-kamu atau ber-engkau kepadaku. Mereka hanya boleh menegur aku dalam bahasa kromo inggil (bahasa jawa tingkat tinggi). Tiap kalimat yang diucapkan haruslah diakhiri dengan sembah, berdiri bulu kuduk bila kita berada dalam lingkungan keluarga bumi putera yang ningrat, bercakap-cakap dengan orang yang lebih tinggi derajatnya, harus berlahan-lahan, sehingga orang yang di dekatnya sajalah yang dapat mendengar. Seorang gadis harus berlahan-lahan jalannya, langkahnya pendek-pendek, gerakannya lambat seperti siput, bila berjalan cepat cicaci orang disebut kuda liar.
4. Surat Kartini
kepada Stella, 18 Agustus 1899
“Peduli apa aku dengan segala tata cara itu, segala aturan, semua itu adalah bikinan manusia dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu…, Tapi sekarang meulai dengan aku, antara kami (Kartini, Roekmini, dan Kardinah) tidak ada tata cara lagi. Perasaan kami sendiri yang akan menentukan sampai batas-batas mana cara liberal itu boleh dijalankan”.
5. Surat
Kartini kepada Stella, 25 Mei 1899
“Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang-orang baik;orang-orang baik itu meniru perbuatan orang yang lebihtinggi, dan mereka itu meniru yang tertinggi pula ialah orang-orang Eropa.”
6. Surat Kartini 6 Nopember 1899
“Duh, Tuhan, kadang aku ingin, hendaknya tiada satu agama pun di atas dunia ini. Karena agama-agama ini, yang justru harus persatukan semua orang, sepanjang abad-abad telah lewat menjadi biang keladi peperangan dan perpecahan, dari drama-drama pembunuhan yang paling kejam.”
7. Surat Kartini kepada Nyonya Van Kool 1901
“Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik, dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa bahagia baginya."
8. Surat
Kartini kepada Nyonya Abendalon 1902
“Kami berikhtiar supaya kami teguh sungguh, sehingga kami sanggup diri sendiri. Menolong diri kami sendiri. Menolong diri sendiri itu kerap kali lebih sukar daripada menolong orang lain. Dan siapa yang dapat menolong dirinya sendiri, akan dapat menolong orang lain dengan lebih sempurna pula.”9. Surat Kartini kepada Nyonya Abendalon 14 Desember 1902
“Sepanjang hemat kami agama yang paling indah dan paling suci adalah Kasih Sayang. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seorang mutlak menjadi Kristen?? Orang Buddha Brahma, Yahudi, Islam, bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni.” [Uspa/Netizenia]
Uspa E.S | di Kutip dari Berbagai sumber