Featured Post

Recommended

Lestari Alamku, Lestari Patiku

netizenia.com Alam memberikan berbagai fasilitas yang tiada bandingnya bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Kebutuhan primer manusia...

Ikatan Mahasiswa Magister Hukum Universitas Islam Indonesia (IMAMAHUII) Adakan Bakti Sosial

Ikatan Mahasiswa Magister Hukum Universitas Islam Indonesia (IMAMAHUII) Adakan Bakti Sosial

Ikatan Mahasiswa Magister Hukum Universitas Islam Indonesia (IMAMAH UII) melaksanakan kegiatan bakti sosial di Yayasan Madania, Banguntapan, Bantul pada hari Senin, 12 Juni 2017.

Ikatan Mahasiswa Magister Hukum Universitas Islam Indonesia (IMAMAH UII) merupakan organisasi resmi kampus yang mewadahi semua kegiatan yang dilaksanakan oleh para mahasiswa Magister Hukum Universitas Islam Indonesia dan sebagai sarana menjalin komunikasi dan kerjasama antar Ikatan Mahasiswa Magister Hukum seluruh Indonesia.

Yayasan Madania merupakan tempat berkumpulnya anak-anak yatim piatu dan kaum dhuafa yang menjadi tempat tujuan pelaksanaan kegiatan bakti sosial kali ini. Program ini dilaksanakan atas dasar kepedulian sosial terhadap sesama yang saling membutuhkan. Dalam kegiatan tersebut juga menjadi sarana menyambung tali silaturahmi antar berbagai angkatan mahasiswa Magister Hukum UII serta masyarakat sekitar.

Tim Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM IMAMAH) yang menjadi penanggung jawab acara mengemukakan bahwa acara ini merupakan acara yang terprogram dalam kepengurusan IMAMAH UII serta menjadi agenda terpenting dalam bulan Ramadhan tahun ini. Mereka menambahkan kegiatan ini berhasil menghimpun donasi dari rekan-rekan mahasiswa seluruh angkatan serta bantuan dari dinas-dinas sosial yang berupa pakaian bekas layak pakai, sembako serta uang tunai.

Dalam acara ini yang dihadiri sekitar 150 orang terdiri dari para mahasiswa berbagai angkatan, masyarakat serta anak-anak yatim dan dhuafa yang terkumpul dalam satu forum dan dibumbuhi dengan kegiatan buka bersama.

Siraman rohani disajikan secara apik oleh Ustadz Abdul Basit Fuadi, S.H yang mampu menghipnotis para audien serta mematik suasana menjadi sangat khidmat, dengan sajian-sajian sederhananya tentang Islam, Hidup dan Pancasila.

Kegiatan ini berjalan dengan lancar dan sangat meriah, karena dari panitia menyematkan permainan-permainan unik serta doorprize untuk membakar semangat para anak-anak yatim dan dhuafa yang berada di Yayasan Madania agar nantinya mereka sadar akan pentingnya pendidikan, pentingnya agama serta pentingnya menjaga kemakmuran Indonesia.

Selain itu, dorongan dari seluruh elemen terutama dukungan dari pihak Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia yang dipimpin oleh Drs. Agus Trianta, S.H., M.H., P.hD memberikan dukungan baik dukungan moril maupun materil.

Dengan terlaksananya kegiatan kemarin, diharapkan kepedulian untuk saling menghargai, saling memotivasi serta saling mengedukasi dan membantu selalu terbenam dalam hati sanubari para mahasiswa dan diharapkan dapat menjadi contoh baik untuk khalayak umum.
Membuka Pintu Surga dengan Memelihara Anak Yatim

Membuka Pintu Surga dengan Memelihara Anak Yatim

Amalan selanjutnya agar kita bisa membuka pintu surga Allah adalah dengan menyantuni anak yatim. Menyantuni anak yatim barang kali merupakan hal yang sangat sederhana, tetapi banyak mengandung makna yang tersimpan di dalamnya. Sebab, barang siapa yang suka menyantni anak yatim, maka ia akan dajauhkan dari api neraka.

Ada sebuah hadis yang diriwayatkan dari  Sahl bin Sa`ad, Rasulullah Saw bersabda, “aku dan pengasuh anak yatim adalah seperti ini” beliau berkata sambil menunjukkan jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengah.”(HR. At-Tirmidzi)

Ibnu Hajar dalam syarahnya mengonmentari hadis ini, “Ibnu Bathol berkata, ‘bagi siapa saja yang mendengar hadis ini hendaklah mengamalkannya agar ia bisa menjadi pendamping Nabi Saw di surga.  Sebab tidak ada kedudukan yang lebih tinggi di akhirat dari pada kedudukan ini.”  Kemudian Ibnu Hajar berkata, “dalam hadis terkandung isyarat bahwa antara derajat nabi dengan orang yang mengasuh anak yatim keduanya adalah seperti perbedaan antara jari telunjuk dan jari tengah.

Senada dengan hadis ini, Rasulullah bersabda, “jarak antara diutus diriku dan hari kiamat adalah seperti ini.” Kemudian ia melautunkan, “cukuplah untuk menunjukkan kedekatan satu kedudukan dengan kedudukan yang lain adalah terkumpulnya dua perkara; cepatnya masuk surga dan kedudukan yang tinggi.”(HR. Bukhori)

Al-Banna berkata, “para ulama berkata bahwa maksud dari hadis-hadis seperti ini adalah puncak ketinggian derajat bagi seseorang yang merawat anak yatim dan yang lainnya. Sebab, kalau tidak demikian, tentu derajat para nabi itu telah tinggi dan mulia. Sedangkan perbedaan antara dua jari mengandung isyarat akan adanya derajat perbedaan para nabi dan personal umat ini.

Diantara pemandangan yang paling menyedihkan adalah seseorang yang melihat anak yatim yang air matanya mengalir diatas kedua pipinya karena tangisan sambil memanggil, ‘duhai ayahku,’ dan tidak ada yang menjawabnya, karena bapaknya telah berada dibawah timbunan tanah (alam kubur). Pernahkah kita melihat seorang anak yatim yang seperti demikian itu? sungguh apabila kita melihat yang demikian itu kemudian kita hanya diam saja, itu berarti kita sama halnya dengan membiarkan anak yatim dalam duka dan derita. Padahal, menolong anak yatim meskipun itu sedikit saja, Allah akan memasukkan kita kedalam surga-Nya.

Sesungguhnya jumlah anak yatim umat Islam terus bertambah kerena pengaruh peperangan yang menimpa kaum muslimin diberbagai belahan dunia. Lalu, siapakah yang akan mengasuh anak-anak yatim itu dan mengembalikan senyuman di wajah-wajah mereka, kalau tidak tangan-tangan bersih yang mengharapkan derajat-derajat yang tinggi di sisi Allah. Bila kita tidak segara merawat mereka, niscaya berbagai tangan yang tidak bertanggung jawab akan mengambil mereka.

Bisa kita lihat misalnya, banyak anak-anak yatim yang ibunya sudah tidak mempunyai apa-apalagi. Anak itu kemudian  mengemis di pinggir jalan, mencari uang hanya untuk kebutuhan makan setiap hari. Padahal, orang muslim disekelilingnya sudah tahu bahwa anak itu adalah anak yatim. Apabila hati kita tidak  terketuk untuk memelihara anak yatim tersebut, itu berarti hati kita sudah keras seperti batu.

Di lingkungan kita, sudah pasti ada anak yatim yang nasibnya tidak jauh berbada dengan anak yatim lainnya. Sebagai seorang muslim yang baik dan beriman, amka sudah sepantasnya apabila kita memelihara anak yatim tersebut dengan memberinya makan, minum, sandang dan papan. Sungguh betapa mulianya orang yang mau memelihara anak yatim tersebut.
Membuka Pintu Surga dengan Menjaga Lisan

Membuka Pintu Surga dengan Menjaga Lisan

Lisan atau perkataan merupakan sarana untuk mengungkapkan isi hati atau pikiran kita. Lisan juga sarana untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Apabila tidak ada liasan, maka seseorang tida bisa berbicara sebagaimana halnya orang yang bisu. Maka bersyukurlah bagi kita yang mempunyai lisan dengan sempurna, yaitu dengan tidak menggunakan lisan sebagai saran untuk mengatakan hal-hal yang kotor.

Kenapa lisan menjadi pembahasan penting dalam bab ini? Sebab lisan mempunyai funsgi vital dalam kehidupan mansuia. Seseorang bisa bersanding mesra dengan sesamanya karena ia bisa menjaga lisannya. Seseorang bisa dipercaya oleh seseorang juga karena lisannya. Bahkan seseorang bisa masuk surga juga karena bisa menjaga lisannya.

Menjaga lisan adalah suatu keharusan jika kita benar-benar menginginkan adanya keridhaan Allah dan surga Allah. orang yang mengerti dengan syariat, lisan biasa digunakan untuk berdzikir, bersholawat dan bertutur kata dengan baik. Akan tetapi bagi orang yang tidak mengerti kegunaan lisan, maka lisannya akan digunakan untuk menghasut orang lain, berbohong, menjilat dan lain sebagainya. Padahal, Allah membuat lisan dalam diri mansuia tidak lain adalah agar manusia itu sadar dan berdzikir kepada Allah.

Orang yang suka menggunakan lisannya untuk  menghasut oang lain, maka ketika di akhirat kelak ia seperti orang bisu, lisannya akan mengatakan dengan sendirinya bahwa ia sering dipergunakan untuk menghasut orang lain. Balasannya adalah disediakannya air yang mendidih dan ia sudah pasti akan meminumnya. Hal itu akan dilakukan secara terus-menerus sebagaimana orang yang  sedang kehausan.

Akan tetapi tidak demikian jika kita menggunakan lisan sesua dengan kodratnya. Seseorang yang menggunakan lisannya untuk berdikir, barkata-kata baik dengan orang lain, melantunkan shalawat untuk Rasulullah, membantu orang lain, mambaca al-Qur`an dan bertutur kata sopan kepada kedua orang tua dan mansuia pada umumnya, maka surga Allah sudah menantikannya. Disediakanlah berbagai macam buah-buahan yang beraneka rasa. Dari semua rasa itu tidak ada yang sama rasanya. Selain itu juga disediakan minuman yang sangat lezat. Ia bisa mengambil air sungai yang terbuat dari susu, madu yang sudah disaring, arak serta air jernih.

Semua janji Allah tersebut tentunya merupakan anugerah yang sangat luar biasa apabila kita bisa mentuk mensyukuri dan berusaha untuk meraihnya. Kadang kala kita sebagia manusia sering kali lupa bahwa akan ada kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini, yaitu kehidupan di akhirat. Kehidupan di akhirat itulah yang akan kekal abadi serta yang akan menetukan baik-buruknya amal perbuatan kita ketika di dunia.

Bagi orang yang lisannya dipergunakan untuk kebikan, maka ketika di kahirat lisannya akan  tampak indah dan senyumnya mengembang. Sementara orang yang ketika didunia lisannya digunakan untuk kejelekan, maka ketika di akhirat lisannya keluar darah dan nanah yang baunya sangat menyengat. Sungguh demikian itu balasan Allah ketika kita tidak bisa menjaga lisan dengan baik. Berbagai hal tentang balasan-balasan ini sebenarnya sudah dijelaskan dalam al-Qur`an dan hadis. Hanya saja kita sebagai banusia terkadang menyepelekan hal yang demikian itu. Kita terlalu asik untuk mencari keuntungan dunia dan melupana keuntungan akhirat. Imbasnya, di akhhirat kita akan menjadi sengsara.

Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Abu Sa`ad al-Khudri r.a. bahwasannya Rasulullah bersabra, “apabila tiba waktu pagi, maka seluruh anggota badan manusia memperingatkan kepadakepada lidah seraya berkata: hai lidah, takutlah kepada Allah dalam memelihara keselamatan kami semua. Sebab kami ini tergantung kepadamu. Jika engkau lurus, maka selamatlah kami. Sedang jika engkau bersikap bengkok, maka kami pun ikut bengkok.” (HR. At-Tirmidzi)

Hadis di atas sudah jelas mengisyaratkan bahwasannya lisan hanyalah sebagai media untuk menyampaikan apa yang ada di dalam hati dan pikiran manusia. Apabila hati dan pikiran mansuia itu ingin berkata jelek, amka lisan sebagai medianya untuk mengatakan hal-hal yang kotor. Sebaliknya, apabila hati dan pikiran itu ingin berkata yang baik, maka lisanlah yang mengucapkan perkataan baik tersebut. Semua itu ada konsekuansinya masing-masing, baik dan buruk semuanya akan mendapatkan balasan dari Allah.

Nampaknya  memang sangat sepele, akan tetapi lisan  mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Meski hanya sebatas lisan,  tetapi dengan lisan tersebut seseorang akan ditentukan apakah ia akan masuk kedalam surga ataukah ia akan dimasukkan ke dalam neraka. Semua tergantung apa yang sudah diucapkan selama masa hidupnya. Maka dari itu, pergunakanlah lisan untuk berdzikir kepada Allah agar kelak bisa dimasukkan kedalam surga.
Membuka Pintu Surga dengan Cinta dan Kasih Sayang

Membuka Pintu Surga dengan Cinta dan Kasih Sayang

Rasa cinta dan kasih sayang adalah anugerah Allah yang Maha Pemurah. Setiap manusia sudah pasti memiliki rasa cinta dan kasih sayang. Wujudnya bisa beraneka macam. Tergantung pada pengalaman hidup masing-masing setiap manusia, gaya hidup, dan persepsi manusia tentang makna cinta dan kasih sayang itu sendiri. Cinta dan kasih sayang itu bukan hanya sekedar jaminan antara seorang laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak, atau antarsaudara dalam sebuah hubungan keluarga.

Lebih dari itu, rasa cinta dan kasih sayang itu bisa juga muncul dalam hubungan antar sesama manusia. Bahkan, rasa cinta dan kasih sayang itu dapat ditunjukkan pula kepada seluruh mahluk Tuhan Yang Maha Sebenarnya. Hal inilah yang kerap luput dari perhatian manusia. Jangankan kepada mahluk lainnya kepada sesama manusia sendiri terkadang kita sering bersikap seakan-akan tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang. Hal itu ditunjukkan dengan adanya permusuhan, balas dendam, pertengkaran dan berbagai macam lainnya.

Jangankan pula terhadap sesama manusia, terhadap saudara dan ahli kerabatnya sendiri pun  manusia jarang menepiskan rasa cinta dan kasih sayangnya jauh-jauh. Sehingga yang muncul adalah tindakan kekerasan serta tiadanya rasa penghormatan dan pemuliaan terhadap sesama mahluk Tuhan.

Banyak faktor yang telah menyebabkan manusia akhirnya kehilangan rasa cinta kasih sayangnya kepada sesama mahluk Tuhan. Di antaranya adalah karena masih terhijabnya rasa cinta dan kasih sayang itu oleh rasa keakuan yang besar. Misalnya merasa benar dengan pendapat dan tindakannya sendiri, merasa lebih bisa dari pada orang lain, merasa lebih hebat dari pada orang lain, dan merasa lebih baik dari pada orang lain.

Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah Saw pernah mengingatkan umatnya, bahwa yang dapat memupuk rasa kasih sayang diantara sesama manusia itu adalah menyebarkan salam. Salam itu berisi doa. Jadi, sejatinya, bukan pada ucapan salamnya itu sehingga kita menjadi cinta dan dan kasih kepada sesama manusia. Melainkan lebih cenderung pada makna, bahwa kita mendoakan kebaikan dan kesejahteraan serta keselamatan dunia dan akirat bagi orang lain. Sebab, setiap kali seseorang berdoa, aka nada malaikat yang selalu mengamininya seraya berkata: “semoga untukmu juga demikian.”

Dengan demikian, cinta dan kasih sayang kepada sesama mahluk Tuhan akan dapat kita miliki, manakala kita senang mendoakan orang lain, meski kita tidak mengenalnya atau bahkan belum pernah bertemu dengannya. Misalnya dengan berdoa,; “ya Allah, berkahilah dan rahmatilah di dunia sampai akhirat, siapa saja yang pernah bertemu denganku, siapa saja yang pernah ku kenal dan mengenalku, maupun mereka yang sama sekali tidak kukenal dan tidak mengenalku.”

Bentuk lain dari pada wujud rasa cinta dan kasih sayang itu adalah saling mengunjungi karena Allah. Terkadang kita lupa bahwa sebagai manusia, kita merupakan mahluk sosial yang mengharuskan kita untuk berdampingan dengan orang lain. Karena itulah kita seharusnya saling mengunjungi mereka karena Allah. bagaimana kita tahu kalau kunjungan tersebut adalah karena Allah? apakah ketika kita memiliki sesuatu dengan orang yang kita kunjungi itu, berarti hal itu tidak karena Allah? sudah barang tentu maksudnya tidaklah demikian.

Sebuah kunjunagn kepada kerabat ataupun kawan akan menjadi dilaukan karena Allah manakala kita akan berangkat untuk mengununginya, kita mendahuluinya dengan niat menyambug tali silaturrahmi. Kemudian kita juga mendoakan kebaikan bagi orang yang akan kita kunjungi itu. Inilah yang dimaksud dengan berkunjung karena Allah, meskipun secara lahiriah kita memiliki kepentingan dengan orang yang akan kita kunjungi tersebut.

Bagaimana dengan cinta seseorang hamba kepada Allah dan Rasulullah Saw? Seorang mukmin yang cinta kepada Allah akan dengan senang hati  mengikuti apa  saja yang diperintahkan oleh-Nya serta selalu taat kepada-Nya. Sepanjang hidupnya, yang dicari hanyalah keridhaan dari dzat yang di dintainya. Salah satu bentuk dari kecintaan kepada Allah adalah megikuti apa yang menjadi sunnah Rasulullah Saw.

Sebagaimana terdapat dalam al-Qur`an surah Ali Imran ayat 31; Katakanlah: “Jika kamu [benar-benar] mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Begitu pula dengan orang yang mengaku cinta kepada Rasululah, konsekuansi dari rasa cinta itu adalah selalu berjalan searah dengan yang dicintainya. Salah satu wujud cinta kepada Rasulullah adalah dengan selalu bersholawat untuknya dan selalu menegakkan sunnah-sunnahnya.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah pernah mengatakan bahwa salah satu bukti seseorang yang mencitai beliau adalah ia harus rela menjadi miskin. Perhatikan saja bagaimana bunyi dari pada hadis tersebut; “barang siapa yang mengaku cinta kepadaku, maka bersiap-siaplah untuk menjadi miskin. Sebab kemiskinan akan datang kepada orang-orang yang mencintaiku itu seperti air bah yang mengalir turun ke jurang.” Sabda Rasulullah tersebut merupakan sebuah isyarat bagi orang-orang yang ingin mencintai Rasulullah, bahwasannya orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya iyu sudah sepatutnya tidak mengutamakan harta duniawi.

Menurut Imam al-Ghazali, orang yang mencintai Allah dan Rasul-nya itu sudah seyogyanya mampu mengatasi tujuh ujian keikhlasan. Pertama, tidak takut mati, karena kematian itu adalah pintu gerbang untuk bisa bertemu dengan Zat yang dicintainya. Kedua, rela mengorbankan kehendaknya demi menjalankan kehendak Allah. ketiga, hatinya selalu ingat kepada Allah. keempat, mencintai Allah dan Rasulullah serta seluruh mahluk-Nya. Kelima, tidak pernah merasa bosan dalam beribadah, bahkan selalu rindu untuk senantiasa melakukan ibadah. Keenam, tidak pernah merasa susah dan terbebani dalam menjalankan ibadah, serta selalu merasa ringan dan senang dalam melaksanakan ibadahnya. Ketujuh, mentaati Allah dan tidak menyukai perbuatan yang mengingkari atau kafir kepada Allah.

Apabila tujuh ujian keikhlasan itu dapat diatasi oleh seorang hamba, paling tidak, menurut Imam al-Ghazali, ada empat tanda utama yang dapat dilihat pada diri seseorang yang benar-benar mencintai Allah dan rasul-Nya tersebut. Pertama, ia beramal dengan penuh ketaatan. Kedua, mencintai para ulama dan kaum fakir miskin. Ketiga, meningalkan hal-hal yang maksiat. Keempat, tidak pernah mengeluh miski tengah menghadapi musibah yang berat sekalipun.

Beriku ini ada beberapa pesan yang berkaitan dengan rasa cinta dan kasih sayang yang dimiliki manusia, yang jika ditempatkan pada porsinya, akan membawa manusia itu ke dalam surga Allah. dalam sebuah hadis riwayat Anas bin Malik r.a. Rasulullah bersabda, “ barang siapa cinta kepada sunnahku (Nabi Saw) maka sesungguhnya ia telah cinta padaku.”

Selain itu, ada juga wasiat dari Sayidatina `Aisyah r.ah. bahwa barang siapa cinta kepada Allah SWT, maka ia akan banyak menyebut-Nya. Hasilnya adalah ia akan diingat Allah, diberi rahmat dan ampunan-Nya, di masukkan ke dalam surga bersama para nabi dan kekasih Allah, serta dapat melihat keindahan-Nya.  Barang siapa yang cinta kepada Nabi Saw, maka ia akan bershalawat untuk nabi Saw. Hasilnya adalah ia akan memperoleh syafaat nabi Saw dan berteman dengan beliau di surga.
Indera Keenam Dalam Pandangan Supranatural

Indera Keenam Dalam Pandangan Supranatural

Sixth sense kalau diterjemahkan artinya adalah indera keenam. Secara kasat mata, indera yang kita miliki hanya lima, yaitu hidung, mata, lidah, telinga, dan kulit. Kelima panca indera tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Tapi menurut ajaran spiritual dari India, ada satu mata lagi yang tidak keliatan, yaitu indera keenam.

Mari kita telaah lebih jauh lagi mengenai indra keenam ini. Di dalam tubuh manusia yang sempurna, Tuhan menganugrahkan panca indera hidup sebagai modal kita untuk berinteraksi dengan lingkungan. Panca indera tersebut antara lain adalah, lidah sebagai perasa, kulit sebagai peraba, mata sebagai penglihat, hidung sebagai pembau, dan telinga sebagai pendengar. Lidah terdiri dari sel-sel yang mampu mendeteksi kandungan zat dari suatu bahan, dan menginformasikan kepada otak dengan sinyal yang disebut rasa (manis, asam, asin, pedas, dan kelu).

Kulit adalah membran tipis di luar tubuh manusia yang mana memiliki ribuan simpul syaraf sebagai alat pendeteksi sentuhan dan suhu. Maka dari itulah kulit di sebut sebagai indera peraba. Dengan adanya kulit ini, kita bisa merasakan bahwa api itu panas, es adalah dingin. Tanpa adanya kulit, kita tidak akan mengetahui berbagai suhu dan perubahanya yang ada di lingkungan kita.

Mata memiliki beberapa bagian, mulai dari retina, lensa, pupil dan syaraf. Mata adalah alat optik manusia yang berfungsi menangkap cahaya yang memantul dari suatu benda maupun lingkungan dan mengirimkan ke otak sebagai sinyal warna, gelap-terang dan bentuk. Coba kita lihat orang yang buta, mereka tidak bisa membadakan mana yang terang dan mana yang gelap. Baginya, terang dan gelap adalah sama saja, sebab mereka tidak bisa melihat apapun. Dengan mata inilah manusia bisa membadakan antara yang terang dan yang gelap.

Hidung disamping alat pernafasan juga memiliki sensor yang mampu mendeteksi kandungan zat yang ada di udara dan mengirimkn informasi tentang temuanya itu ke otak dalam bentuk sinyal bau atau aroma. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana jika Tuhan tidak memberikan hidung kepada manusia. Kita tidak bisa membedakan apakah itu bau sedap atau tidak sedap, semuanya menjadi sama saja.

Sementara telinga adalah sebagai alat penangkap getaran dengan frekuwensi tertentu dan menyimpulkan data yang ia dapatkan menjadi sebuah tatanan wujud suara seperti bahasa, nada, serta intonasinya. Dalam interaksi sesama manusia, seseorang membutuhkan yang namanya indera pendengar yang berupa telinga tersebut. Tanpa adanya telinga, kita tidak bisa mendengar suara yang ada di sekitar kita.

Lantas apa yang disebut indera keenam? dan dimana indera tersebut berada, serta apa fungsinya? sudah bukan rahasia lagi bila di alam semesta ini berisi dua jenis wujud, yaitu eteris dan astral. Panca indera hanya bisa mendeteksi bagian eterisnya, seperti suara, struktur, warna, rasa dan lain sebagainya. Sementara indera keenam adalah perangkat yang berfungsi untuk mendeteksi bagian astral dari alam semesta, baik yang belum, sedang maupun akan terjadi.

Contoh dari wujud astral adalah ruh, prana atau energi hidup yang keluar dari tumbuhan, hewan dan benda-benda bebas di alam lainya, jin, atau makhluk ghaib, aura (di sebut juga prana yang keluar dari tubuh manusia bagian dari pancaran rohani) dan lain-lain. dalam agama Islam, salah satu bukti orang bertaqwa adalah orang yang percaya dengan yang ghaib.  Sebab, Tuhan juga mempunyai mahluk yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia.  Sedangkan manusia di katakan sebagai makhluk sempurna karena kita memiliki keduanya, yaitu bagian materi atau tubuh dan bagian gaib atau immateri.

Indera keenam menurut kalangan supranatural adalah orang yang memiliki keistimewaan lain. Indera keenam sendiri sebenarnya adalah anugrah yang kita miliki semenjak kita lahir, hanya saja terkadang akan mati atau tertutup karena dikotori oleh berbagai fikiran negatif yang membelenggu kehidupan kita. Indera ini seperti lapisan kaca, bila lingkunganya bersih dan sering di lap, maka akan bening dan jernih, namun bila lingkunganya kotor, penuh asap, debu dan partikel yang merusak, maka kaca itu akan buram dan gelap. Sehingga indera keenam tidak setajam ketika masih kecil.

Dalam pandangan supranatural ini, sebenarnya kemampuan indera keenam tidak bisa ditransfer ke orang lain, seperti yang banyak dipahami itu. Indera keenam, sejatinya adalah kemampuan terpendam dari manusia. Karena pada hakikatnya kita bisa mendayagunakannya bila saja kita tahu caranya.

Indera keenam hanya bisa bangkit atau muncul bila seseorang senantiasa mengendapkan pikiran, jiwa dan raganya. Dengan cara bermeditasi, bertapa, tafakur,  kontemplasi dan diiringi dengan menjaga 9 lubang di tubuh manusia (babagan howo songo). Cara-caranya bisa dipelajari. Yang dibutuhkan hanya ketekunan dan kemauan.

Belum tentu orang yang telah berpuasa bertahun-tahun atau membaca wirid dan dzikir beribu-ribu kali, kemudian bisa memiliki kemampuan indera keenam. Semua bentuk lelaku tersebut bukan inti dari ilmu ghaib. Puasa, wiridan, baca dzikir, meditasi dan sebagainya itu hanyalah sarana untuk mencapai pengendapan pikiran, jiwa dan raga agar bisa masuk dalam kekedalaman rasa (rasa sejati). Setelah terjadi pengendapan (hening) lalu terjadilah loncatan indera ini, dari panca indera ke indera ke enam.

Jadi bukan mereka yang telah menyelesaikan bacaan wirid sekian ribu kali, yang akan berhasil. Tapi sekali lagi, mereka yang bisa mengendapkan pikiran, jiwa dan raga dalam keheningan yang sejati. Persis seperti kata pepatah: “batu pecah bukan karena pukulan keseratus kali, tapi karena dipukul terus-menerus”  Siapa yang ingin menajamkan indera keenamnya, adalah dengan mengasahnya terus-menerus. Jangan sampai ada kata putus asa, hal itu hanya akan mengendorkan niat kita untuk mengasah indera keenam tersebut.
Indera Keenam Dalam Pandangan Medis

Indera Keenam Dalam Pandangan Medis

Mari kita melihat bagaimana indera keenam secara rasional, yaitu melalui penelitian ilmiah dalam disiplin keilmuan medis. Dalam dunia medis, istilah yang tepat untuk indera keenam (sixth sense) adalah Extra Sensory Perception (ESP). Semua orang punya kemampuan ESP (indera keenam) ini sejak lahir. Ketika masih balita, ESP seorang anak berkembang, lantaran panca inderanya belum banyak digunakan. Akan tetapi, ketika seseorang sudah mulai tumbuh remaja, dewasa dan tua, maka kekuatan ESP-nya berkurang hingga 75 %. Hal itu disebabkan karena fungsi indera yang sudah banyak digunakan dengan kepentingan-kepentingan lainnya.

Ketika masih balita, ESP seorang anak berkembang, lantaran panca inderanya belum banyak digunakan. Anak hanya melihat apa yang ada disekelilingnya tanpa harus tercemari oleh  hal-hal lain. Untuk itu, tidak heran seorang anak kadang mampu melihat makhluk-mahluk ang tidak bisa dilihat oleh orang lain.

Ketika sang anak mulai masuk sekolah dan belajar matematika, olahraga, dan lain-lain, ESP-nya berkurang karena kemampuan inderanya sudah dijejali dengan berbagai macam ilmu-ilmu baru yang didapatkan dari sekolah. Ketika sekolah, yang banyak dilatih adalah otak dan otot. Saat itu, panca inderanya yang dominan. Panca indera dalam istilah medis disebut sensory perception (SP). Jadi, kemampuan ESP-nya menurun. Tentuna perlu pelatihan kembali untuk membangkitkan ESP tersebut. Entah itu melalui meditasi, siraman rohani atau dengan penyeimbangan antara ESP dan SP dalam bangu pendidikan.

Seperti yang kita ketahui bahwa manusia memiliki dua komponen hidup, yaitu jasmani dan rohani. Keduanya tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan di dunia ini. Keduanya harus menyatu. Akan tetapi, masing-masing antara jasmani dan rohani juga mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Ketika jasmani yang banyak digunakan, itu artinya sensory perception (SP) kita yang aktif bekerja atau panca indera kita yang aktif bekerja. Sebaliknya, ketika rohani yang banyak dipakai, ESP kita muncul. Dan semakin banyak kita mendayagunakan kekuatan rohani kita, maka tidak menutup kemungkinan ESP atau indera keenam yang kita miliki akan mudah untuk diaktifkan.

Perlu kita melihat pola pendidikan yang menyeimbangkan antara kekuatan ESP dan SP, yaitu pendidikan timur, seperti di China dan India. Selain rasio yang dibangun, spiritualnya juga diasah sekuat mungkin untuk menyeimbangkan antara akal dan spiritual. Misalnya, ada latihan meditasi yang sangat efektif untuk menajamkan ESP. Kalau kita melihat di Indonesia, misalnya adalah pelajaran mengenai budi pekerti kepada anak-anak, kata-kata mutiara, dan pencak silat. Selain itu, pengajaran berbagai disiplin ilmu itu dibarengi dengan renungan dan siraman rohani. Hal itu tidak lain adalah untuk menyeimbangkan kekuatan jiwa (ESP) dan raga (SP) anak didik tersebut.

Banyak para ahli medis yang mengatakan bahwa ESP adalah karunia Tuhan yang diberikan kepada setiap insan. Ia tidak akan hilang seumur hidup, walau lama tidak dilatih. Dalam sebuah renungan dijelaskan bahwa siapa yang mengetahui dirinya, mengetahui pula Tuhannya. Para kaum spiritualis bisanya memiliki ESP ini. Mereka betul-betul mengetahui jati dirinya, sehingga dekat dengan Tuhan.

Ketika seseorang menghadapi kematian, panca indera (SP) manusia tidak bekerja. Saat itulah potensi ESP-nya muncul. Ketika seseorang tidak jadi mati, misalnya ia bisa melihat dirinya sendiri selama tak sadarkan diri. Ada juga yang saat masuk ruang operasi di rumah sakit, seseorang melihat tubuhnya sedang disayat-sayat. Nah, ketika telah sadar, seseorang yang tidak jadi mati itu, tampil dengan ESP.

Secara fisik, kita tidak bisa membedakan seseorang yang memiliki indera keenam dan tidak. Untuk mengetahuinya harus dengan indera keenam pula. Namun, para psikiater punya metode sendiri. Psikiater akan mengeluarkan kartu yang disebut ESP card. Jumlahnya 25 kartu dengan gambar-gambar berbeda-beda. Bila setelah dikocok, lebih dari 5 kali, seseorang mampu menebak gambar kartu dengan benar, berarti dia memiliki indera keenam. Bila hanya 5 kali, apalagi kurang, tidak memiliki indikasi indera keenam.

Kini ada teknologi baru untuk mengetahui indera keenam, yaitu dengan foto aura. Foto aura ini menggunakan teknologi yang disebut aura video station. Saat difoto, aura akan terlihat jelas warna-warni aura manusia. Aura itu terkait dengan hormon yang disebut hipofisis dan epificis di otak. Yang memiliki indera keenam, dahinya berwarna aura nila (campuran ungu dan merah). Mereka yang beraura seperti itu, selain memiliki kecerdasan di atas rata-rata, juga memiliki spritualitas tinggi.

Akhir-akhir ini, di seluruh dunia banyak lahir anak-anak yang memiliki ESP. Di Indonesia fenomena ini mencuat ketika memasuki tahun 2000. Mereka biasa disebut anak indigo. Kecerdasan dan sikapnya jauh melebihi usianya. Ia lain dari anak-anak sebayanya. Untuk itu anak-anak indigo kerap dianggap sebagai anak aneh atau ajaib. Berbeda dengan anak cerdas yang bila diajarkan ia cepat menangkap, maka pada anak indigo tanpa diajarkan pun dia sudah langsung menguasai ilmunya. Intelegen Questin (IQ) yang dimilikinya antara 125-130.

Seorang ilmuwan bernama Dr. J.B. Rhine mengadakan penelitian ilmiah pertama atas ESP ini pada tahun 1930-an dan 40-an di Duke University. Hasil penelitiannya  cukup menakjubkan dunia akademis pada waktu itu, khususnya karena banyak ilmuwan yang lain sedang berlomba-lomba ingin mengkonfirmasi kebenaran adanya apa yang disebut ESP itu. Buku yang ditulisnya berjudul Extra-Sensory Perception after 60 Years menjadi buku wajib sebagai bacaan pendahuluan memahami indera keenam. Penelitiannya diulangi lagi di seluruh dunia sebanyak 309 kali yang melibatkan 50,000 orang dan 2 juta sesi, dan membuktikan tanpa keraguan bahwa ESP atau indra keenam benar-benar ada.

Pada awal abad ke 20, seorang ilmuwan terkenal bernama Albert Einstein berkata: “Pikiran intuitif adalah karunia yang mulia dan pikiran yang rasional adalah hamba yang setia. Kita telah menciptakan suatu masyarakat yang menghormati hamba dan telah melupakan karunia itu.”

Dalam dunia medis, orang-orang yang memiliki kemampuan indra keenam sering disebut psychic. Pada umumnya orang menganggap bahwa indra keenam hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu seperti paranormal dan sejenisnya. Tetapi sesungguhnya, setelah diadakan penelitian bertahun-tahun seperti disebutkan di atas ditemukan bahwa semua manusia memiliki indera keenam atau ESP. Hanya saja tidak banyak orang yang tahu bagaimana mengaktifkannya dan karena kadar kekuatannya berbeda-beda pada masing-masing orang.
Desa Wisata Grenden Nan Mempesona

Desa Wisata Grenden Nan Mempesona

Desa Wisata Grenden, selain menawarkan pemandangan keindahan Hutan Pinus yang masih asri, di Grenden juga terdapat jalur alternatif pendakian baru menuju gunung Merbabu. Jalur ini memang baru dibuka sekitar awal Juli.

Selain itu banyak juga spot untuk mengabadikan momen, salah satunya yaitu gardu pandang ini. Gardu Pandang yang dinamai Jembatan hati ini cukup ekstrim karena berhadapan langsung dengan jurang yang cukup dalam. Ini bisa saja membahayakan jika terlalu banyak yang berada di ujung gardu pandang dan gardu tidak dapat menahan beban. Jika kalian beruntung kalian akan bertatapan langsung dengan Gunung Merapi yang gagah perkasa.

Wisata hutan pinus Grenden yang diselimuti kabut ini sangat cocok untuk menepi dari bisingnya perkotaan. Hawa dingin dan berkabut yang ada justru menambah suasana sunyi. Memfokuskan kita untuk merehatkan sejenak pikiran.

rute menuju jalur pendakian grenden


Dusun Grenden, Desa Pogalan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang

Dari Jogja: Jogja - Muntilan - Talun - Ketep Pass - Grenden

Dari Magelang: Magelang - Jalan Raya Kopeng - Ambil Arah Pada Persimpangan Menuju Ketep Pass - Grenden
Ini Sejarah Hipnosis yang Sebenarnya

Ini Sejarah Hipnosis yang Sebenarnya

Penggunaan hipnosis sebenarnya sudah ada sebelum sejarah tercatat. Hipnosis pada masa dulu dipraktekkan dalam ritual agama maupun ritual penyembuhan. Catatan sejarah tertua tentang hipnosis yang diketahui saat ini berasa dari Ebers Papyrus yang menjelaskan teori dan praktek pengobatan bangsa Mesir Kuno pada tahun 1552 SM. Dalam Ebers Papyrus diceritakan di sebuah kuil yang dinamai "kuil tidur", para pendeta mengobati pasiennya dengan cara menempelkan tangganya di kepala pasien sambil mengucapkan sugesti untuk penyembuhan. Para pendeta penyembuh tersebut dipercaya memiliki kekuatan magis oleh masyarakat.

Seorang Raja Mesir  yang bernama Pyrrhus, Kaisar Vespasian, Francis I dari Prancis dan para bangsawan Prancis lainnya sampai Charles X ternyata juga mempraktekkan cara pengobatan yang intinya memberi sugesti kepada pasien untuk sembuh. Pada sebuah dinding kuil di India juga digambarkan suatu proses pengobatan pada saat pasien dalam kondisi trance yang dicapai melalui suatu tarian atau gerakan-gerakan monoton dalam acara ritual penyembuhan.

Abad 18 adalah abad munculnya hipnosis modern. Diawali oleh kisah seseorang pendeta katolik bernama Gassner yang tinggal di Klosters sebelah timur Switzerland. Gassner punya teori "seseorang sakit adalah karena kemasukan setan". Untuk mencapai kesembuhan, setan itu harus dikeluarkan dari tubuh. Berbeda dengan para penyembuh waktu dulu yang menutup diri dari tinjauan medis, Gassner mempersilakan para dokter untuk mengobservasi cara pengobatannya.

Gassner mengobati pasiennya secara bersamaan. Pasien duduk berjajar secara memanjang seperti barisan kursi gereja. Sebelum Gassner keluar untuk menemui pasien, seseorang asisten Gassner memberi semacam ceramah yang salah satu isinya adalah ketika Gassner menyentuhkan tongkat salibnya ke badan pasien, maka pasien akan langsung tersungkur di lantai dan tidak sadarkan diri. Dan itulah yang benar-benar terjadi ketika Gassner menyentuhkan tongkat salibnya ke tubuh pasien satu per satu.

Pasien yang tidak sadarkan diri itu dianggap mati, dan ketika dibangunkan kembali, pasien dianggap lahir kembali dalam kondisi suci dan terbebas dari pengaruh setan. Dalam kondisi pasien tidak sadarkan diri, Gassner memberi sugesti bahwa setan telah diusir dari tubuh pasien. Pada tahun 1770-an, Mesmer termasuk salah satu dokter yang sering menyaksikan cara pengobatan Father Gassner

Praktik hipnosis juga dilakukan oleh Mesmer yang lahir 23 Mei 1734, di Iznang, Lake Constance, Austria. Dia mendapatkan gelar doctor pada tahun 1766 dengan makalahnya yang berjudul De Planetarum Influx (Dalam Pengaruh Planet-planet). Mesmer menyatakan bahwa dalam tubuh manusia terdapat cairan universal yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Cairan yang tidak mengalir dengan lancar karena tersumbat bisa menyebabkan manusia menjadi tidak sehat secara mental maupun fisik. Untuk itu Mesmer menggunakan magnet untuk melepaskan sumbatan aliran cairan tadi. Istilah ini dinamakan animal magnetism.

Metode terapi yang dilakukan Mesmer adalah dengan mengisi penuh sebuah bak dengan air lalu diisi besi magnet. Pasien yang ingin diobati diminta memegang besi dalam bak air itu. Jika pasiennya lebih dari satu, mereka diminta memegang kabel yang menghubungkan satu sama lain dengan maksud agar energi magnet tersebut mengalir ke tiap tubuh pasien.

Kemudian pada saat pengobatan, Mesmer melakukan sebuah drama penyembuhan yang menimbulkan efek sugesti yang kuat. Hal ini membuat pasien yang ada menjadi terhanyut dalam imajinasi drama tersebut. Ada juga pasien yang mengalami halusinasi sehingga seolah-olah melihat tangan Mesmer mengeluarkan asap atau energi. Pada sesi terakhir proses penyembuhannya, Mesmer menyentuh pasien sambil memberi sugesti bahwa pasien sudah disembuhkan.

Mesmer mengklaim bahwa dirinya memiliki energi magnetis, semacam kesaktian yang bisa menyembuhkan. Mesmer juga mengaku bisa  mengalirkan energi magnetis ke dalam gelas. Sehingga orang yang minum dari gelas itu dapat sembuh dari penyakitnya. Hal ini membuat Mesmer menjadi sangat terkenal dan kaya, tetapi di sisi lain ia mendapatkan perlawanan dari kalangan medis karena teorinya dinilai tidak ilmiah.

Kondisi ini membuat Mesmer tidak betah di Wina dan kemudian pindah ke Prancis. Nasib Mesmer ketika di Prancis pun tidak jauh beda. Meskipun beberapa dokter mendukung dan masyarakat merasa tertolong dengan kehadiran Mesmer, sebagian besar dokter Prancis tidak senang dengan Mesmer. Sebab itulah pada tahun 1781 Mesmer pindah ke Belgia. Ternyata, kepergian Mesmer dari Prancis ke Belgia tidak membuat ajaran mesmerisme mati. Mesmerisme makin berkembang pesat di Prancis dan membentuk sebuah organisasi yang khusus mempelajari Mesmerisme. Kemudian atas permintaan penganut mesmerisme di prancis, Mesmer kembali lagi Ke Prancis.

Kedatangan Mesmer ke Prancis yang kedua kalinya ini juga mendapatkan perlawanan dari kalangan medis. Mereka meminta Raja Louis XVI untuk membentuk komisi khusus yang menyelidiki metode penyembuhan mesmer. Hasil penyelidikan ini mendiskreditkan Mesmer. Akhirnya Mesmer Pindah ke sebuah desa kecil di Swis dan menghabiskan masa tuanya untuk mengobati orang-orang miskin.

Pengalaman lain tentang hypnosis lainnya juga dialami oleh Jhon Elliotson, seorang profesor dari University Hospital di London, Inggris. Dia mengenal hypnosis dari Richard Chenevix, seorang murid dari Faria, dan mendalami hypnosis dari Baron de Potet.

Elliotson memulai eksperimen hypnosisnya di tahun 1837. Dia menemukan bahwa pasiennya bisa menjalani pembedahan tanpa merasa nyeri. Dia melakukan hipnosis kepada pasiennya kapanpun itu memungkinkan. Namun apa yang dilakukan Elliotson bertentangan dengan keyakinan para dokter senior waktu itu. Main stream saat itu mempercayai bahwa rasa sakit dibutuhkan dalam proses penyembuhan. Konsekwensinya Elliotson pun di-diskterditkan oleh banyak dokter.

Tidak peduli dengan komentar orang lain, Elliotson terus maju memperkenalkan magnetisme kepada dokter-dokter muda yang diharapkan punya pemikiran baru. Dia mendapatkan banyak sekali pengikut dari dokter-dokter muda. Namun serangan dari kalangan dokter senior semakin kuat sampai pada titik Elliotson memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan Universitas, dan tidak pernah kembali lagi. Elliotson memperjuangkan magnetisme agar diterima secara resmi oleh dunia medis selama 30 tahun.

Sebagai sebuah ilmu, hipnosis tidak hanya berhenti pada satu tokoh saja, akan tetapi hypnosis dipelajari oleh banyak orang, termasuk setelah Elliotson. Salah satunya adalah Esdaile, ia adalah dokter asal Skotlandia yang bertugas di sebuah rumah sakit di Calcutta, India. Esdaile mencatat rekor penggunaan Mesmerisme dalam pembedahan. Dilaporkan bahwa dia berhasil melakukan ribuan operasi kecil dan 300 operasi besar tanpa rasa sakit. Adanya Mesmerisme yang bisa menghilangkan rasa sakit ini sangat penting karena pada waktu itu belum ditemukan obat bius. Semua dokter waktu itu, apabila tidak menggunakan Mesmerisme, maka harus melakukan pembedahan dengan mengandalkan kecepatan tangan sambil mendengarkan jeritan sakit dari pasien.

Sejak jaman Mesmer tahun 1735 sampai periode James Esdaile tahun 1859, hipnotisme (yang waktu itu masih dikenal sebagai mesmerisme) banyak mendapatkan pertentangan dari kalangan medis, karena mereka menganggap Mesmerisme tidak ilmiah dan mengandung unsur mistik.

Pada tahun 1846, nitrous oxide dan ether telah ditemukan dan sangat berhasil digunakan dalam pembedahan dan menjadi pilihan dunia kedokteran saat itu. Apa yang dilakukan oleh Esdaille dan Elliotson dianggap menyimpang dari  praktik kedokteran yang umum berlaku saat itu. [Ntz]