Saatnya Mandiri Di Usia Muda

Saatnya Mandiri Di Usia Muda

Menjadi wirausaha di usia muda yang mempunyai penghasilan sendiri tanpa merepotkan orang tua merupakan impian setiap orang. Terlebih bagi mereka yang masih duduk dibangku kuliah. Bisa dibilang, rata-rata mahasiswa Indonesia masih  menghandalkan kiriman dari orang tuanya dari pada beruusaha mencari uang sendiri. Resikonya, ketika kiriman orang tua tidak kunjung datang, solusinya sudah pasti ngutang, bahkan ada yang sampai mencuri. Hal semacam ini jamak terjadi dikalangan pemuda dan mahasiswa. Kecuali kalau mereka mempunyai minat dan kemauan untuk menjadi mahasiswa yang mandiri.


Bandingkan dengan mahasiswa atau pemuda yang sudah memiliki usaha sendiri. Mereka bisa membiayai kulaihnya tanpa harus menunggu kiriman uang dari orang tua. Ketika terjadi kesulitan uang, mereka tidak akan pusing lantaran sudah mempunyai usaha mandiri yang bisa dihandalkan. Hal semacam ini merupakan suatu kebanggan yang patut ditiru oleh pemuda masa kini. Dengan berwirausaha, maka kita bisa tercipta kemandirian ekonomi.


Tentunya kita masih ingat Khairil Afryan Syah, salah seorang pemenang lomba wirausaha muda mandiri yang diadakan oleh Kanwil Bank Mandiri Regional Office di Medan. Khairil merupakan anak muda yang sangat tangguh dan mampu menangkap peluang usaha. Ia rela keluar dari pekerjaanya di Bank Sumut hanya untuk menekuni wirausahanya di bidang ternak kambing. Banyak orang yang berasumsi bahwa ternak kambing tidak begitu menguntungkan. Namun, usaha khalil ternyata mampu membalikkan asumsi itu menjadi usaha yang sangat menguntungkan.


Berkat kegigihannya, Khalil  memperolah omzet Rp 554 juta per Oktober 2012, dengan profit Rp 78 juta. Tentunya jumlah uang sebanyak itu bukan harga mati seperti halnya gaji PNS yang sudah dipatok oleh pemerintah, melainkan bisa meningkat setiap harinya. Langkah khalil ini belum banyak dilakukan oleh anak muda Indonesia lainnya, tetapi ia mampu mengawalinya dengan baik.  Usaha semacam ini patut kita apresiasi dan jadikan contoh agar anak muda di negara ini bisa menumbuhkan jiwa-jiwa wirausahawannya.


Tidak bisa kita pungkiri, karakter masyarakat Indonesia lebih banyak memilih menjadi pekerja dari pada menjadi wirausahawan. Sekolah atau kulaih menjadi batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan. Meskipun sebenarnya kulah tidak bisa menjadi jaminan bahwa setelah lulus bisa mendapatkan pekerjaan yang di inginkan.


Banyak fakta yang mengatakan bahwa pikiran pemuda saat ini lebih suka hal-hal yang sifatnya praktis tanpa proses lama.  Salah satunya adalah impian menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), tanpa berpikir berat sudah dapat jagi pokok dan tunjangan ini itu. Rata-rata kaum sarjana menilai bahwa ukuran keberhasilan seseorang ataupun hidup sejahtera adalah dengan menjadi PNS. Sehingga kalau tidak menjadi PNS, enggan untuk mengembangkan usaha secara mandiri.


Pikiran semacam ini hanya akan membuat orang semakin tidak produktif. Semakin banyak para sarjana yang ingin menjadi PNS, maka pembangunan ekonomi di Indonesia tidak akan berkembang. Kenyataan semacam inilah yang kemudian semakin banyak menciptakan pengangguran. Lain halnya dengan orang yang cerdas dan bisa mensiasati waktunya untuk berwirausaha. Bagi mereka, tidak ada kata pengangguran sebab aktivitas setiap harinya bagkan setiap detiknya adalah berwirausaha.


Jumlah pengangguran di Indonesia pada tahun 2012 kemarin mencapai 6,32 persen atau 7,61 juta orang. Akan sangat ironis apabila angka pengangguran ini sebagian besar didominasi oleh kalangan terdidik atau yang telah menamatkan pendidikan D3 ataupun S1. Para sarjana yang menganggur dan pada akhirnya melekat predikat sebagai pengangguran terdidik, tentunya harus diminilamisir. Caranya adalah dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang berorientasi menjadi pekerja. Namun, lapangan kerja saja tidak cukup kalau kita tidak mempunyai inisiatif untuk berwirausaha secara mandiri.


Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat jumlah penduduk yang berwirausaha saat ini baru mencapai angka 0,18% dari jumlah 2,38 juta penduduk Indonesia. Idealnya, agar Indonesia bisa berdaya saing tinggi dibutuhkan paling sedikit 2% dari 238 juta orang penduduk Indonesia atau sekitar 4,76 juta orang wirausaha baru dengan beragam profresi dan keahlian.


Menggali Potensi (skill) Usaha


Ibnu Kaldun, seorang pemikir islam abad keemasan membagi empat tipologi seseorang yang mengataui potensi diri dan kemudian memanfaatkan potensi itu dengan baik. Pertama, banyak orang yang tidak mengetahui bahwa dirinya mempunyai potensi (skill) yang tersimpan, namun ia diam saja tanpa berusaha untuk mengetahui potensinya.  Kedua, ada juga orang yang mengetahui potensinya sendiri dan kemudian tidak dikembangkan. Ketiga, Yang mungkin beruntung adalah orang yang  tidak mengetahui potensinya tetapi ia berusaha keras untuk mengetahui potensinya. Setelah mengetahui potensinya, ia tinggal mengembangkan dan memanfaatkan potensi menjadi peluang usaha.


Keempat, yang sangat beruntung adalah orang tahu bahwa dirinya mempunyai potensi dan kemudian mengembangkan potensi yang ia dimiliki menjadi life skill sebagai penunjang hidupnya. Bantuk orang yang semacam ini akan lebih mudah menuai kesuksesan. Akan tetapi, semua itu tergantung dengan usahanya. Siapa yang usahanya gigih, dialah yang akan berkemungkinan sukses muda.


Begitu juga dalam berwirausaha, tidak mungkin seseorang berwirausaha kemudian sukses dalam waktu singat. Semuanya butuh proses yang matang dan pengalaman yang banyak untuk mengambangkan usaha tersebut. Dalam proses berwirausaha inilah yang akan membentuk individu-individu menjadi mental wirausahawan tangguh dan tidak mudah menyerah. Tentunya untuk menjadi wirausahawan yang handal tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hambatan dan rintangan sudah pasti adanya. Namun dibalik itu semua, seorang wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif dalam mengambil peluang usaha.


Pinchot (1988) mengatakan, dengan berwirausaha memungkinkan seseorang untuk  menginternalisasi bakat rekayasa dan peluang yang ada. Seorang wirausaha akan berani mengambil risiko, inovatif, kreatif, pantang menyerah, dan mampu menyiasati peluang secara tepat. Disinilah titik pangkal yang harus di bangun oleh masyarakat Indonesia, terutama kaum muda.


Tanpa kita sadari, dengan berwirausaha selain berorientasi pada peluang usaha dan mendapatkan uang (Profit Oriented Final Project), tujuan mulianya adalah mengentaskan pengangguran di Indonesia yang semakin tahun kian bertambah. Selain itu, berwirausaha juga  turut membangun perekonomian nasional yang mandiri dan berkelanjutan. [Cho/Ntz]

Saatnya Mandiri Di Usia Muda
4/ 5
Oleh
Load comments