Senyum Indah Kanjeng Nabi

Senyum Indah Kanjeng Nabi

Telah banyak buku yang mengangkat Nabi Muhammad dalam berbagai sudut pandang. Berbagai biografi beliau juga telah banyak beredar. Salah satu yang paling terkenal adalah Muhammad Husain Haikal. Kendati demikian, buku ini tetap layak mendapat perhatian. Sebab, dalam buku ini, Kanjeng Nabi Muhammad diangkat dari sudut pandang agak “berbeda” untuk menegaskan satu hal pokok: Nabi Muhammad, sang kekasih Allah, pemimpin paling berpengaruh dalam sejarah, adalah sosok yang gemar tersenyum. Tak kurang dari 40 moment tersenyum dan canda Nabi dihadirkan dalam buku setebal 264 halaman ini.


Dr. H. Abdul Wahid, seorang dosen Instika, menghadirkan sosok humanisme Kanjeng Nabi Muhammad. Selama ini Nabi Muhammad kerap dihadirkan sebagai manusia pilihan penerang alam semesta yang tak pernah setitik pun melalukan dosa. Dengan kata lain, Nabi Muhammad kerap diangkat dari sisi ukhrawinya saja. Sehingga, kita kadang menjadi lupa untuk menengok sisi lain pribadi Nabi Muhammad sebagai manusia seperti kita-kita (lihat QS. al-Kahfi: 110) yang punya rasa seperti bahagia, senyum, marah bahkan galau.


Sebagai manusia yang bermasyarakat, Nabi adalah sosok yang senantiasa memperlihatkan muka manis alias tersenyum . Ketika bertemu sahabat beliau tersenyum, menghadapai orang marah beliau juga tersenyum, bahkan kepada orang yang memusuhinya beliau tersenyum dan memafkan. Pernah pada suatu ketika ada seorang nenek minta didoakan masuk surga. Tetapi Nabi mengatakan kepada nenek itu bahwa sesungguhnya tidak ada orang tua di surga. Nenek tua itu menangis mendengar jawaban Nabi. Kemudian Nabi menjelaskan bahwa kelak ketika di surga semua manusia (termasuk sang nenek) akan kembali muda.


Nabi memang suka bercanda. Tidak hanya kepada nenek-nenek, beliau juga sering bercanda kepada istri-istrinya, sahabat, bahkan kepada musuh yang telah tobat, beliau tak sungkan bercanda. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad, selain seorang kekasih Allah yang bersahaja juga pribadi yang doyan humor.


“Kanjeng Nabi wajahnya selalu tersenyum,” kata KH. Musthofa Bisri (Gus Mus), kiai besar sesepuh NU dari Rembang. Benar, ihwal senyum Nabi Muhammad telah banyak yang meriwayatkan. Tapi lebih dari itu, “Senyum manismu di hadapan saudaramu adalah sodaqoh.” (HR. Tirmidzi)


Ya, tebarkanlah senyum di hadapan saudaramu. Selain sunnah Nabi, senyumanmu akan mendatangkan pahala dari Allah. Allah menyukai hambanya yang hidup rukun bertebar kasih sayang. Kita sebagai pengikut Nabi sudah semestinya meneladani kepribadian Nabi Muhammad. Bukankah di kehidupan ini Nabi adalah idola dan panutan terbaik?


Nabi Muhammad tidak pernah mencaci sahabatnya. Beliau senantiasa tersenyum; senyum ikhlas tanpa dendam. Kendati beliau dicaci maki hingga babak belur, beliau selalu membuka pintu maaf. Bahkan beliau melarang ketika Jibril hendak menimpakan gunung kepada orang musyrik yang menghina dan menyakiti Rasulullah.


Sikap pemaaf, jujur, berwajah ceria dan menebar senyum adalah sifat Nabi Muhammad. Nabi diutus untuk memperbaiki akhlak, rahmat bagi seluruh alam. Karena sebagai agen perubahan, Nabi anti pada kalimat cacian, melecehkan dan tuduhan tanpa dasar. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. orangnya tidak keji dan kasar, tidak tukang melaknat, dan tidak suka mencaci.


Buku ini menjadi penting keberadaannya karena menunjukkan sisi humanisme Nabi Muhammad. Melalui buku ini, diharapkan seluruh umat Islam menjadi tahu kalau Nabi Muhammad dalam berbagai kesempatan selalu menebarkan senyum penuh kedamaian.


Judul Buku     : Senyum Indah Kanjeng Nabi

Penulis            : Dr. H. Abdul Wahid

Penerbit           : Diva Press, Yogyakarta

Cetakan           : I, 2016

Tebal               : 264 Halaman

Peresensi         : Rohman Abdullah*)
Senyum Indah Kanjeng Nabi
4/ 5
Oleh
Load comments