Indera Keenam Dalam Pandangan Supranatural
Rabu, 03 Mei 2017
inspirasi
Mari kita telaah lebih jauh lagi mengenai indra keenam ini. Di dalam tubuh manusia yang sempurna, Tuhan menganugrahkan panca indera hidup sebagai modal kita untuk berinteraksi dengan lingkungan. Panca indera tersebut antara lain adalah, lidah sebagai perasa, kulit sebagai peraba, mata sebagai penglihat, hidung sebagai pembau, dan telinga sebagai pendengar. Lidah terdiri dari sel-sel yang mampu mendeteksi kandungan zat dari suatu bahan, dan menginformasikan kepada otak dengan sinyal yang disebut rasa (manis, asam, asin, pedas, dan kelu).
Kulit adalah membran tipis di luar tubuh manusia yang mana memiliki ribuan simpul syaraf sebagai alat pendeteksi sentuhan dan suhu. Maka dari itulah kulit di sebut sebagai indera peraba. Dengan adanya kulit ini, kita bisa merasakan bahwa api itu panas, es adalah dingin. Tanpa adanya kulit, kita tidak akan mengetahui berbagai suhu dan perubahanya yang ada di lingkungan kita.
Mata memiliki beberapa bagian, mulai dari retina, lensa, pupil dan syaraf. Mata adalah alat optik manusia yang berfungsi menangkap cahaya yang memantul dari suatu benda maupun lingkungan dan mengirimkan ke otak sebagai sinyal warna, gelap-terang dan bentuk. Coba kita lihat orang yang buta, mereka tidak bisa membadakan mana yang terang dan mana yang gelap. Baginya, terang dan gelap adalah sama saja, sebab mereka tidak bisa melihat apapun. Dengan mata inilah manusia bisa membadakan antara yang terang dan yang gelap.
Hidung disamping alat pernafasan juga memiliki sensor yang mampu mendeteksi kandungan zat yang ada di udara dan mengirimkn informasi tentang temuanya itu ke otak dalam bentuk sinyal bau atau aroma. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana jika Tuhan tidak memberikan hidung kepada manusia. Kita tidak bisa membedakan apakah itu bau sedap atau tidak sedap, semuanya menjadi sama saja.
Sementara telinga adalah sebagai alat penangkap getaran dengan frekuwensi tertentu dan menyimpulkan data yang ia dapatkan menjadi sebuah tatanan wujud suara seperti bahasa, nada, serta intonasinya. Dalam interaksi sesama manusia, seseorang membutuhkan yang namanya indera pendengar yang berupa telinga tersebut. Tanpa adanya telinga, kita tidak bisa mendengar suara yang ada di sekitar kita.
Lantas apa yang disebut indera keenam? dan dimana indera tersebut berada, serta apa fungsinya? sudah bukan rahasia lagi bila di alam semesta ini berisi dua jenis wujud, yaitu eteris dan astral. Panca indera hanya bisa mendeteksi bagian eterisnya, seperti suara, struktur, warna, rasa dan lain sebagainya. Sementara indera keenam adalah perangkat yang berfungsi untuk mendeteksi bagian astral dari alam semesta, baik yang belum, sedang maupun akan terjadi.
Contoh dari wujud astral adalah ruh, prana atau energi hidup yang keluar dari tumbuhan, hewan dan benda-benda bebas di alam lainya, jin, atau makhluk ghaib, aura (di sebut juga prana yang keluar dari tubuh manusia bagian dari pancaran rohani) dan lain-lain. dalam agama Islam, salah satu bukti orang bertaqwa adalah orang yang percaya dengan yang ghaib. Sebab, Tuhan juga mempunyai mahluk yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia. Sedangkan manusia di katakan sebagai makhluk sempurna karena kita memiliki keduanya, yaitu bagian materi atau tubuh dan bagian gaib atau immateri.
Indera keenam menurut kalangan supranatural adalah orang yang memiliki keistimewaan lain. Indera keenam sendiri sebenarnya adalah anugrah yang kita miliki semenjak kita lahir, hanya saja terkadang akan mati atau tertutup karena dikotori oleh berbagai fikiran negatif yang membelenggu kehidupan kita. Indera ini seperti lapisan kaca, bila lingkunganya bersih dan sering di lap, maka akan bening dan jernih, namun bila lingkunganya kotor, penuh asap, debu dan partikel yang merusak, maka kaca itu akan buram dan gelap. Sehingga indera keenam tidak setajam ketika masih kecil.
Dalam pandangan supranatural ini, sebenarnya kemampuan indera keenam tidak bisa ditransfer ke orang lain, seperti yang banyak dipahami itu. Indera keenam, sejatinya adalah kemampuan terpendam dari manusia. Karena pada hakikatnya kita bisa mendayagunakannya bila saja kita tahu caranya.
Indera keenam hanya bisa bangkit atau muncul bila seseorang senantiasa mengendapkan pikiran, jiwa dan raganya. Dengan cara bermeditasi, bertapa, tafakur, kontemplasi dan diiringi dengan menjaga 9 lubang di tubuh manusia (babagan howo songo). Cara-caranya bisa dipelajari. Yang dibutuhkan hanya ketekunan dan kemauan.
Belum tentu orang yang telah berpuasa bertahun-tahun atau membaca wirid dan dzikir beribu-ribu kali, kemudian bisa memiliki kemampuan indera keenam. Semua bentuk lelaku tersebut bukan inti dari ilmu ghaib. Puasa, wiridan, baca dzikir, meditasi dan sebagainya itu hanyalah sarana untuk mencapai pengendapan pikiran, jiwa dan raga agar bisa masuk dalam kekedalaman rasa (rasa sejati). Setelah terjadi pengendapan (hening) lalu terjadilah loncatan indera ini, dari panca indera ke indera ke enam.
Jadi bukan mereka yang telah menyelesaikan bacaan wirid sekian ribu kali, yang akan berhasil. Tapi sekali lagi, mereka yang bisa mengendapkan pikiran, jiwa dan raga dalam keheningan yang sejati. Persis seperti kata pepatah: “batu pecah bukan karena pukulan keseratus kali, tapi karena dipukul terus-menerus” Siapa yang ingin menajamkan indera keenamnya, adalah dengan mengasahnya terus-menerus. Jangan sampai ada kata putus asa, hal itu hanya akan mengendorkan niat kita untuk mengasah indera keenam tersebut.