Pati Krisis Pemimpin

Pati Krisis Pemimpin

Pati Krisis Pemimpin
Rabu, 16 November 2016
Tahun 2017 akan segera tiba sekitar beberapa bulan lagi, tahun yang dinanti-nanti oleh sebagian besar masyarakat kita terutama yang daerahnya akan melakukan pemilihan keapala dan wakil kepala daerah. Agenda yang dicanangkan oleh pemerintah sebagai pesta demokrasi dengan melakukan pilkada  secara serentak seluruh Indonesia ini, menjadi harapan baru bagi sebagian besar masyarakat diderah. Tetapi selain itu, dilakukannya pilkada malah bisa sebaliknya, menjadikan memontum ini malapetaka bagi masyrakat didaerah.

Agenda serentak  juga akan dialami oleh masyarakat didaerah Pati Jawa Tengah, daerah yang kaya dengan hasil alamnya yang melimpah, mulai dari hasil laut, dan pertanian, yang selama ini menghidupi sebagian besar masyarakat daerah ini. Tetapi, sayangnya kekayaan yang melimpah ini selama ini tidak diimbangi dengan sistem pengelolaan dari pemerintah yang baik terkait sumber kekayaan alam yang ada. Sehingga yang terjadi adalah daerah yang kaya akan sumber alam tetapi masih banyak masyrakatnya miskin dan pergi merantau dengan alasan didaerahnya tidak ada lapangan pekerjaan.

Hal inilah yang seharusnya menjadi PR besar bagi pemimpin baru Pati nantinya yang akan di  pilih dipilkada tahun 2017 nanti. Tetapi harapan itu menjadi pudar melihat peta politik yang terjadi saat ini menjelang pilkada dilaksanakan. Pasalnya Cuma ada satu calon petahana yang akan meju dipilkada nanti, menjadikan harapan untuk suatu perubahan semakin menipis. Hal ini didasarkan pada calon yang akan maju saat ini, merupakan calon bertahan yang sudah lima tahun mengurusi daerah ini. Tetapi apa yang dilakukan selama  ini secara rill belum memberi damapak yang materiel yang dapat dirasakan oleh masyarakat Pati, hal ini bisa dilihat dari progam kerja yang dilakukan selama ini pembangunan yang hanya bertumpu pada sektor insrakstuktur, seperti pembanguanan taman, pembangunan monumen dan yang lainya yang notabennya hal ini tidak menyentuh hajat hidup orang banyak terkaiat sandang, pangan, papan. Padahal, ketiga poin yang disebutkan menjadi indikator ukuran kesejahtraan dalam suatu daerah. Tetapi kelihatanya hal tersebut belum tersentuh sama sekali melihat kinerja yang dilakukan selama ini.

Faktanya bisa dilihat dari kebijakan yang dikeluarkan, belum ada sama sekali progam yang dimana disiitu memberi trobosan baru terkait kondisi petani dan nelayan, yang notabenya dari dua sektor itu masyarakat mencari penghidupan. Tetapi malah sebaliknya, kebijakan yang dikeluarkan malah mengancam hajat hidup petani seperti yang dilakukan di pegunungan kendeng yang mau dibangun pabrik semen.

Tidak terjadinya proses perpolitikan yang sehat dalam bursa calon pemimpin baru ini. Bisa dilihat dari minimnya kader dari partai politik bisa menjadi alasan kenapa hanya ada satu calon, tetapi hal itu adalah klise belaka kalo kita mau masuk lebih dalam melihat persoalan yang terjadi. Karna melihat kondisi dilapangan siapa yang memunyai uang dialah yang paling berpeluang memangku jabatan masih menjadi doktrik kuat yang sulit kita bantah melihat apa yang terjadi didaerah Pati ini.

Disadari atau tidak seorang pemimpin dalam hal ini bupati Pati merupakan faktor penting untuk mencapai perubahan dalam suatu daerah. karna dari sanalah kebijakan-kebijakan akan dikeluarkan untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi didaerah. Tetapi dilain sisi kebijakan-kebijakan yang dilekuarkan juga malah bisa menjadi ladang empuk untuk mendulang harta kekayaan dengan kebijakan yang  tidak berpihak kepada rakyat. Karna hal inilah yang sering terjadi, pemimin yang seharusnya menjadi pelayan masyrakat malah menjadi pelayan pemilik modal dengan kuasa atas kebijakan yang dia miliki. Dari situ jelas, menentukan pemimpin yang bisa mengemban amanat rakyat merupakan hal yang  harus dilakukan.

Mengingat pentingnya pemimpin ini dalam mengupayakan suatu perubahan, menjadi tidak salah kenapa kita harus kritis melihat persoalan yang terjadi di Pati ini terkaid  dengan hanya satu calon yang akan maju pilkada nanti. Pasalnya calon yang sudah ada saat ini bisa saja diinisiasi dengan hasrat kepentingan politik yang kuat sehingga kondisi saat ini diciptkan untuk memuluskan jalannya kekuasaan. Hal ini sangat mungkin terjadi, karna kecenderungan didaerah yang komposisi elit politik terus menerus didominasi oleh golongan yang secara perhitungan mempunyai status quo yang kuat. Bukan itu saja, tidak adanya kesadaran politik terkait kondisi yang sedang terjadi menjadikan masyarakat sangat mudah dimobilisir untuk kepentingan politik dari salah sau calon. Hal ini terjadi beberapa bulan terakhir ini, bagaimana salah satu calon tunggal ini mulai masuk kedaerah-daerah dengan berandalkan janji-janji politik yang secara cuma-cuma diobral bak jajanan pasar untuk mengiring suara massa untuk memilihnya. Sayangnya hal ini masih menjadi strategi ampuh untuk mendulang dukungan terhadap masyarakat yang belum sadar.

Seperti yang dikatakan tadi, minimnya pendidikan politik yang dilakukan didaerah Pati menjadikan acara seperti Pilkada ini seperti angin lalu yang sering tidak berdampak apa-apa kepada kepentingan masyrakat. Kesadaran untuk bagaimana merubah kondisi yang terjadi  saat ini masih jauh dari angan-angan masyarakat, sehingga hal ini sering dimanfaatkan oleh golongan elit politik hanya untuk menjadi ajang mereka menjarah hak-hak masyarakat yang ada.

Melihat kondisi yang terjadi dengan sudah ditetapkannya hanya satu calon yang akan maju pada pilkada pati tahun 2017 nanti, memilih kotak kososng menjadi salah satu harapan ditengah-tengah kondisi perolitikan yang terjadi saat ini. Salah satu  alternatif yang bisa dilakukan  ditengah kodisi politik yang hegemonik ini untuk dapat mengupayakan suatu perubahan, yang  jelas adalah tidak memilih pemimin  yang tidak  mempunyai konsepsi jelas terhadap progam-progam yang akan dijalankan kedepannya. pertanyaanya siapakah pemimin itu?

Abrul Rohim : Penulis adalah mahasiswa asal Pati yang sedang belajar di Yogyakarta
Pati Krisis Pemimpin
4/ 5
Oleh
Load comments