Keramat KH. Ahmad Nafi’ Abdilla
Dalam konteks keramat ini, hanya wali-wali Allah yang diberikan kelebihan ini. Keramat ini bukan untuk menyombongkan diri, tapi lebih untuk menampakkan kekuatan Allah kepada hamba-hambaNya. Keramat diberikan Allah kepada seseorang yang istiqamah (konsisten) menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Hatinya selalu mengingat Allah dan hidupnya didarmabaktikan untuk menegakkan agama Allah di muka bumi.
Ingat firman Allah QS. Yunus 62-64:
أَلآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ اللهِ لاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ {62} الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ {63} لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ لاَتَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ {64}
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedhati. (QS. 10:62)
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. (QS. 10:63)
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS. 10:64)
Kekhawatiran dan kesedihan orang kadang disebabkan oleh materi. Dalam konteks ini, menurut hikayah salah satu murid beliau, Pak Susanto, Kiai Nafi’ Abdillah pernah menyatakan bahwa beliau sudah tidak punya apa-apa, karena semua hartanya sudah dibagi, sehingga jika sewaktu-waktu beliau sowan ke hadirat Allah sudah tidak membawa harta. Sebuah keteladanan yang luar biasa, yaitu menghadap Sang Khaliq tanpa ada tanggungan harta, sehingga hisabnya lebih ringan, dan tidak menimbulkan konflik keluarga yang sering dipicu oleh warisan harta. [Dr. Jamal Ma`mur Asmani, M.A]