Permainan Tradisonal dan Pendidikan Karakter Anak
Selasa, 23 Februari 2016
Opini
Sumber Gambar: assets-a2.kompasiana.com |
Dunia anak adalah dunia
bermain, konsep tersebut tak terlepas dari karakter anak-anak yang memang
senang dengan permainan. Tradisi bermain yang begitu berkembang disertai dengan
beragamnya permainan dari imbas perkembangan teknologi ternyata berdampak
terhadap perkembangan anak. Ketika dulu anak-anak lebih senang bermain di luar
rumah, sekarang hanya dengan duduk manis di rumah anak-anak sudah bisa bermain.
Dengan hadirnya gadget dan permainan yang berbau teknologi di rumah anak sudah
menemukan kesenangannya sendiri.
Beberapa ahli
mengatakan bermain game juga punya dampak positif terhadap perkembangan anak,
seperti meningkatkan konsentrasi dan daya nalar berpikir anak, namun disisi
lain yang tak kalah berbahaya adalah timbulnya rasa ketagihan (addict) terhadap anak-anak yang terlalu
sering bermain game. Dalam beberapa kasus bahkan sudah menghawatirkan dan
membuat orang tua merasa kewalahan mengontrol buah hatinya dalam bermain game.
Kesemuanya memang tak
terlepas dari pola asuh yang diberikan orang tua kepada anaknya, di dunia
modern sekarang di mana kebanyakan orang tua lebih disibukkan dengan dunia
kerja sehingga minim waktu yang
dihabiskan bersama anak. Bahkan tidak jarang walaupun banyak waktu sebenarnya,
tapi masih sibuk dengan gadgetnya masing-masing dan merasa lebih nyaman ketika
anak diasuh oleh game dari pada bermain di luar rumah yang menurut sebagian
besar orang tua dianggap lebih aman dan terawasi.
Dewasa ini memang harus
diakui ruang bermain bagi anak sudah semakin minim terutama bagi anak-anak yang
hidup diperkotaan, dimana ruang interaksi sosial anak hanya didapat ketika
mereka bersekolah. Dan di sekolah fasilitasi untuk bermain bagi anak juga
sangat minim, karena melulu digenjot dengan mata pelajaran yang menjadi makanan
pokok anak sekolah, karena adanya paradigma bahwa belajar beda dengan bermain
dan bermain bukanlah belajar. Secara konsepsi belajar bersama anak tidaklah
sama dengan orang dewasa wahana bermain anak bisa sebagai sarana untuk belajar yang
positif untuk berbagai hal dari yang sifatnya saintific sampai manfaatnya bagi
tumbuh kembang anak.
Permainan sebagai
sarana belajar
Dengan hadirnya
teknologi bisa menghadirkan berbagai hal yang positif, dengan semakin mudahnya
arus informasi dan beragam permainan avirtual yang edukatif. Dunia teknologi
adalah dunia liberal bebas dalam segala hal, baik dan buruknya tergantung
seberapa bijak penggunanya, semua bersaing untuk mendapatkan peminatnya
termasuk dunia bermain. Banyak berbagai permainan edukatif yang memanfaatkan
teknologi, tapi lebih banyak yang hanya untuk bersenang-senang semata tanpa
unsur mendidik sama sekali. Yang pada akhirnya mempengaruhi jiwa anak-anak yang
sering memainkannya, karena banyak diantaranya mengandung unsur kekerasan bahkan
asusila.
Tak heran jika beberapa
kejadian pilu dunia pendidikan diramaikan dengan berbagai tindak kekerasan dan
asusila yang dilakukan oleh mereka yang masih berusia anak. Dengan semakin
permisifnya kontrol para orang tua terhadap konsumsi kognitif anak dari
berbagai permainan yang merusak, dengan alasan lebih aman karena tidak bermain
diluar rumah malah meracuni pikiran anak-anak kita sendiri.
Penulis juga mengamini
beberapa pendapat nitizen yang menulis bahwa generasi anak-anak yang bahagia
adalah mereka yang lahir sampai akhir 90 an, karena di jaman tersebut kita
masih bisa bermain petak umpet, gobak sodor,
bentengan, layangan, engklek, pepe (boneka kertas), gasing kayu, ular
naga dan beragam permainan tradisonal lainnya. Banyak hal yang sangat positif
dihadirkan saat memainkan permainan tersebut, mengenalkan anak-anak tentang
arti sportifitas dalam permainan, kerja sama, ketangkasan bahkan kreatifitas
dalam mencipta karena banyak diantara permainan harus dibuat dengan tangan
sendiri. Kemandirian, dan rasa sosial yang tinggi lebih dimiliki oleh anak-anak
yang sering memainkannya karena mereka saling bergantung sama lain untuk bisa
bermain. Hal – hal semacam ini yang tidak bisa dihadirkan oleh permainan avirtual
dalam computer.
Karenanya tidak heran
bagi mereka yang mengerti tentang pentingnya bermain diluar ruangan bagi anak
akan lebih merasa aman akan perkembangan anaknya dari pada melihat anaknya yang
hanya duduk manis dalam ruangan dengan memegang gadgetnya. Tokoh pendiri
raksasa teknologi microsoft Bill Gates dan sederet pencipta teknologi hebat
lainnya bahkan menjauhkan ciptaannya dari anak-anak mereka sebelum mereka
benar-benar siap dengan teknologi, alasannya sederhana supaya mereka lebih
dekat dengan alam sekitarnya dan paham bagaimana berinteraksi dengan mereka.
Hal yang sederhana tapi
berpengaruh besar, di tengah berbagai krisis multidimensi yang menimpa bangsa
dan generasi mendatang akan lebih dahsyat, kita sedang dihadapkan dengan karut
marutnya kondisi bangsa, krisis nasionalisme generasi muda karena hilangnya
figur figure nasionalisme, lemahnya karakter generasi muda dan mudah sekali
terserat arus modernisasi yang sesat arah. Perhatian memang seharusnya terfokus
pada generasi muda bangsa, anak-anak kita. Dengan hal-hal sederhana seperti mengenalkan
kembali hal-hal positif dari permainan tradisional diharapkan aka menggugah
kesadaran akan budaya dan karakter bangsa lewat permainan pada anak. Wallahu
a’lam.