Revitalisasi Sego Segawe

Revitalisasi Sego Segawe

Revitalisasi Sego Segawe
Senin, 08 Februari 2016
netizenia.com
Realisasi Gagasan apik Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengetani sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe (sego segawe), merupakan episentrum untuk mewujudkan Yogya yang nyaman, bebas polusi, santai, dan antik. Predikat Yogya sebagai kota ramah lingkungan juga bisa terwujudkan manakala konsep sego segawe ini betul-betul direalisasikan secara serentak oleh masyarakat Yogyakarta. Leih-lebih jika para pendatang turut menjalankan konsep sego segawe tersebut.
Di tengah kemelut kemacetan lalu lintas dan tata ruang kota Yogyakarta yang mulai tidak kondusif, bersepeda memang menjadi alternatif utama untuk menjaga kenyamanan kota. Jika diamati secara seksama, kepengapan kota Yogya sudah mulai nampak. Kemacetan, tabrakan, pemarkiran yang asal-asalan, urak-urakan, dan konvoi jalanan tanpa aturan sering kali terjadi. Bahkan kecelakaan terjadi bisa dipastikan hampir setiap hari. Hal ini yang kemudian lambat laun akan memudarkan pesona kearifan Yogyakarta sebagai kota berhati nyaman.
Sudah menjadi realitas di Indonesia bahwa modernisasi memang menuntut adanya korban. Ciri-ciri umum manusia modern adalah menginginkan hal-hal yang praktis, instant dan tidak banyak tingkah. Para pekerja kentoran juga demikian, mereka menginginkan perjalanan yang cepat. Bahkan alat transportasi terkadang bias menjadi rumah pribadi. Sarapan, makan siang, makan malam terkadang ada di dalam perjalanan (di dalam mobil). Inilah dunia modern, manusia disibukkan dengan rutinitasnya masing-masing.
Tidak bias di bantah lagi, semua hal-hal yang cenderung memeprlambat rutinitas, perlahan akan ditinggalkan. Termasuk juga bersepeda untuk bersekolah dan bekerja. Sepintas, hal ini bisa dikatakan suatu hal yang wajar terjadi ditengah padatnya rutinitas masyarakat. Namun jika ditinjau lebih jauh, glamor modernitas (bersibuk ria) yang sedang mendera masyarakat, tidak sepenuhnya berjalan panjang. Ada titik-titik kejenuhan di mana masyarakat akan beralih ke suatu yang memberikan kenyamanan dan menenangkan pikiran. Mereka akan beralih pada hal-hal yang lebih memanfaatkan badan dari pada harus dipaksa bekerja dua puluh empat jam.
Jepang sebagai negara maju yang kini menjadi pusat peradaban teknologi dunia, dan merupakan Negara modern, masyarakatnya tidak sesekalipun meninggalkan sepada dalam menjalankan rutinitas hariannya. Masyarakat tidak terlalu dimanjakan dengan alat-alat transportasi yang menggunakan teknologi-teknologi canggih meskipun mereka sendiri bisa membuatnya. Bahkan sepada onthel menjadi alat transportasi utama masyarakat jepang.
Apa yang dilakukan pemerintah jepang ini tidak lain adalah untuk menjaga kenyamanan nasional dan sebagai upaya melestarikan kesadaran akan kesehatan. Selian itu juga untuk menjaga kesegaran lingkungan. Munculnya konsep sego segawe di yogyakarta ini merupakan langkah strategis untuk membangun yogyakarta sebagai kota ramah lingkungan. Alangkah baiknya jika konsep positif ini mendapatkan respon poisitif pula dari masyarakat yaitu untuk menggunakan sepeda ketika bersekolah dan bekerja.

Saatnya Melestarikan
Melihat kurangnya antusisme masyarakat Yogya dan para pengunjung untuk merealisasikan sego segawe, perlu di perhatikan kembali. Terlebih pasca gempa bumi tahun 2006 yang lalu, banyak pendatang yang mulai berjubel menggunakan motor sebagai transportasi utama. Terutama adalah kalangan mahasiswa yang masih mempunyai gengsi tinggi untuk menggunakan sepeda sebagai alat tarnsportasi ke kampus.
Disadari atau tidak, semakin bertambahnya penduduk disuatu kota, maka semakin bertambah pula permasalahn yang timbul. Permasalahan tidak hanya ditimbulkan oleh manusia, lingkungan, dan dan berbagai produk-produk terknologi juga bisa menimbulkan permasalahan. Akan tetapi, munculnya permasalahan bukan berarti tanpa solusi yang solutif. Masalah yang sering timbul di perkotaan adalah kemacetan lalu lintas yang berakibat terjadinya kecelakaan, kemacetan, dan kesemrawutan. .
Contoh riil adalah di Jalan Taman Siswa, setiap hari tidak pernah lepas dari kemacetan karena banyaknya kendaraan yang berjubel. Terlebih ketika pagi hari dimana masyarakat dan mahasiswa mulai menjalankan rutinitas hariannya dan pada saat sore hari dimana mereka pulang dari kerja dan kampus. Di tambah lagi dengan tata pemarkiran yang berserakan dan tidak rapi, membuat kemacetan dan kecelakaan akan mudah terjadi.
Jika yogyakarta terus-menerus demikian, maka predikat sebagai kota berhati nyaman lambat laun akan semakin hilang. Maka dari itu, solusi pemerintah kota untuk menggunakan sepeda onthel sebagai alat transportasi utama masyarakat Yogyakarta, merupakan bentuk yang solutif. Selain nyaman untuk di naiki juga bebas dari polusi. Tidak ada salahnya iklim transportasi Yogyakarta meniru keadaan transportasi di Jepang.

Langkah riil yang perlu dilakukan sekarang tidak lain adalah melestarikan budaya bersepeda saat bersekolah dan bekerja. Dilihat dari segi kuantitas, penduduk yogyakarta adalah lebih sedeikit dari pada pengunjung yang dating saat musim tahun ajaran baru. Rata-rata pendatang adalah mahasiswa. Dan mereka lebih memilih membawa motor dari pada sekedar menggunakan sepeda onthel. Terkait dengan hal itu, empat opsi yang mungkin untuk dilaksanakan. pertama, pemerintah kota harus menerapkan kebijakan baru mengenai aturan bermotor. Misalnya pembatasan menggunakan sepeda motor di saat hari-hati tertentu dengan mengkhususkan menggunakan sepeda onthel ketika bersekolah dan bekerja. Kedua, pemerintah kota harus melakukan kerjasama dengan pihak kampus-kampus agar mahasiswanya saat ke kampus menggunakan sepeda onthel atau naik trans jogja bagi mahasiswa yang jaraknya jauh. Ketiga, ada hari-hari wajib untuk menggunakan sepeda bersama sebagai bentuk semangat menggunakan sepada untuk sekolah dan bekerja. Keempat, yang terpenting dari semua itu adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat asli maupun pendatang untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan di kota Yogyakarta. [chalies]
Revitalisasi Sego Segawe
4/ 5
Oleh
Load comments