Kakek Asal Tlogorejo Ini Pintar Memanfaatkan Lahan Hutan
Selasa, 01 November 2016
Featured
Adalah Wakijan (59), salah seorang petani dari Desa Tlogorejo, kecamatan Tlogowungu yang memanfaatkan lahan hutan tersebut untuk menanam talas. Wakijan mentaku memanfaatkan lahan hutan yang rimbun tersebut sudah sejak taun 2011 silam dan masih bertahan hingga sampai saat ini.
“Awalnya saya memang dipandang sebelah mata oleh orang-orang karena menanam talas di lahan yang penuh dengan pohon jati ini. Tetapi tetap saya lakoni. Sedikit-demi sedikit saya membersihkan lahan dari semak-semak, lalu setelah bersih saya tanami bibit talas,” terang Wakijan saat ditemui netizenia.com di lahan yang digarapnya, Selasa (1/11).
Wakijan juga menambahkan, pada saat pertama kali menanam bibit talas, lahan yang dibersihkannya baru dua meter persegi. Sementara sisanya ditanami ketela pohon. Namun, satu musim berjalan, ketela pohon tersebut justru tidak menguntungkan sama sekali, bahkan Wakina mengaku rugi. Tetapi tidak demikian dengan talas, justru talasnya malah tumbuh subur dan mengasilkan umbi talas dengan ukuran bebsar.
“Pada saat panen ketela, saya melihat talasnya malah tumbuh subur. Terus saya cabut talas tersebut, ternyata umbinya besar-besar. Padahal usianya sama dengan usia ketela tersebut. Mulai saat itu saya langsung mengganti tanaman ketela menjadi talas semua,” paparnya semangat.
Terkait dengan penjualannya, Wakijan mengaku tidak pernah menjual talas ke pasar tetapi Wakijan didatangi sendiri oleh pembeli. Sementara harganya dalam 1 sak, harga umbi talas mencapai Rp. 60.000 sampai Rp. 100.000 ribu.
“Kalau saat ini harga per 1 saknya Rp. 60.000, tetapi untuk tahun lalu itu 1 sak bisa sampai Rp. 100.000. Katanya sih umbi talas itu dibuat makanan ringan seperti keripik itu. Kalau bonggolnya biasanya untuk pakan bebek,” lanjut Wakijan.
Bersama dengan Istri, Wakijan setiap hari selalu datang ke lahan hutan tersebut untuk membersihkan semak-semak dan nantinya ditanami talas lagi. Sementara untuk pemanenannya, Wakijan tidak memanen talas secara langsung, dalam artian satu hektar di panen semuanya. Tetapi Wakijan memanen sedikit demi sedikit.
“Satu hari kadang saya ambil 1 sak. Kalau nanti uangnya habis, saya ambil lagi 1 sak. Yang penting bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari,” tandasnya.