Lestarikan Rumah Adat Pati, Lutfi Buat Georama
Jumat, 16 Desember 2016
Featured
Bahkan, dari jiwa seni yang sudah mengakar dari masa kanak-kanak. Pemuda lajang itu, mampu memanfaatkan limbah kayu yang berserak di pekarangan rumahnya. Menjadi, barang seni dengan nilai artistik tinggi.
Berangkat dari kesadarannya untuk memanfaatkan ranting kayu, sejak tiga tahun silam. Lutfi mulai mengumpulkan dan mencoba mengukirnya menjadi aksesoris seperti gantungan kunci. Tidak sampai disitu, dari tangannya dia mampu menciptakan georama miniatur rumah joglo asli Pati.
“Dahulu kan di pekarangan banyak sampah kayu, dari pada gak dimanfaatkan. Saya ambil iseng-iseng membuat kerajinan liontin buat kalung. Dari situ banyak teman yang tertarik ya saya buatkan dan berlanjut sampai sekarang,” tuturnya, Rabu (30/11).
Handy craft dengan georama miniatur rumah lengkap dengan aktifitas didalamnya, dia membandrol dengan harga Rp 300 ribu untuk ukuran besar. Luthfi memilih rumah tradisional Pati karena, rumah adat ini sudah jarang ditemui.
“Fokus saya membuat rumah joglo asal Pati, jujur saja saat membuat kerajinan seperti ini, memberikan efek kerinduan pada masa dulu. Terasa hangat, karena saya lengkapi dengan pernak-pernik dan aktifitas orang di dalam karya saya,” bebernya.
Satu miniatur jenis itu, Lutfi membutuhkan waktu sekurangnya tiga minggu pengerjaan. Tergantung, tingkat kesulitan dan lamanya pengerjaan. Tidak ada kendala berarti selama proses, kecuali membentuk gestur manusia.
“Hampir tidak ada kesulitan, ya paling itu kerumitan membuat bentuk aktifitas manusia saja yang cukup rumit. Membutuhkan konsentrasi tinggi, karena bentuknya mini,” ungkap, pemuda lulusan SMA Muhammadiyah Pati itu.
Setidaknya dalam satu bulan, mantan operator Pom Bensin Rembang itu, mampu memproduksi 30 hingga 50 kerajinan tangan.
“Paling banyak pesanan untuk souvenir pernikahan, seperti gantungan kunci. Saya hargai Rp 3000 per bijinya,” katanya.
Untuk pemasaran produknya, Lutfi mengandalkan pameran di daerah Jateng dan dari mulut-kemulut. Sampai saat ini, dia belum merambah ke bisnis online dengan memanfaatkan media sosial.
“Biasanya menggelar lapak seni, seperti di Yogyakarta, Semarang, Magelang dan daerah lain di Jateng. Belum ke online, ada rencana ke arah sana hanya saja belum tahu caranya,” pungkasnya. [Ntz]