Jerat Konsumerisme dalam Merayakan Lebaran

Jerat Konsumerisme dalam Merayakan Lebaran

"Baju baru Alhamdulillah dipakai di hari raya, tak punya pun tak apa-apa masih ada baju yang lama"


Masih ingat dengan lirik lagu di atas atau pernah dengar?, sepenggal lagu diatas mengingatkan kita substansi dari lebaran bukan terletak pada baju barunya melainkan kebaruan jiwa kita, jiwa yang fitri.


Kalimat demikian pula yang sering kita dengar diceramah-ceramah ustadz di masjid-masjid menjelang lebaran. Namun demikian hal tersebut tak lagi populer dalam realitasnya, keinginan memiliki sesuatu yang baru di hari raya seakan sudah menjadi kebutuhan konsumsi.


Benarkah demikian?, ini relaitas yang kita alami sekarang, setiap kali menjelang lebaran ratusan Mall-mall, grosir sampai pedagang eceran menggelar diskon menggila untuk menggugah syahwat untuk berbelanja. Dari perspektif bisnis ini lumrah  sebagai sarana meraup keuntungan ataupun mengembalikan modal, karena dalam optik bisnis tak ada perdagangan yang mau merugi.


Bukan mau terfokus dalam masalah bisnisnya, tapi lebih menarik kita kaji sisi konsumennya, pertanyaannya salahkah perilaku demikian?, bukan bermaksud menjustifikasi perilaku sosial yang marak ini karena kebenaran bersifat subyektif.


Dalam perspektif islam lebaran atau hari raya idul fitri adalah titik balik dimana kemenangan kita atas penahlukkan diri dengan proses berpuasa, sehingga lahirlah jiwa fitri yang siap berproses kembali menuju perbaikan perilaku, perbaikan perilaku yang bersifat kontra produktif kepada prilaku produktif dalam mencapai rahmat tuhan.



Realitas Konsumerisme


Realitasnya, budaya yang bersifat agamis yang produktif tergeser budaya sekuler konsumtif yang bersifat simbolik. Jadi tak heran dari sudut kota sampai pelosok kampungpun akan kita temui fenomena sosial konsumeris dalam perayaan ini. Mengutip teori sosial jean Baudrillard (1998) dari fenomena ini ia mengetengahkan bahwa masyarakat kita masuk masa postmodernis yang ditandai dengan perilaku konsumerisme.


Menurut Jean Baudrillard (Consumer Society), kehidupan masyarakat pada era ini tidak lagi didasarkan pada pertukaran barang materi yang berdaya guna (seperti model marxisme) melainkan pada komoditas sebagai tanda dan simbol yang signifikasinya sewenang-wenang (arbitrer) dan tergantung kesepakatan (conventional) dalam apa yang disebutnya kode (the code).


Herry-Priyono mendefinisikan konsumerisme secara lebih ringkas dan jelas, bahwa konsumerisme adalah konsumsi yang mengada-ngada. Konsumerisme tak hanya menyangkut proses sosiopsikologis, tetapi juga berupa gejala ekonomi-politik. Dalam banyak hal bisa dikatakan bahwa konsumerisme menjadi syarat mutlak bagi kelangsungan bisnis, status, dan gaya hidup.


Pengakuan secara sosial dan perbedaan status sosial era sekarang ditentukan seberapa banyak seseorang itu mengusai simbol-simbol tersebut. tak ayal jika banyak kita temui dalam perayaan lebaran ini orang lebih mengutamakan dan memperbincangkan fhasion, dan life style untuk menunjukkan kelas sosialnya dan melupakan esensi daripada lebaran tersebut. Dalam tingkat yang lebih akut masyarakat sudah tak perduli manalagi kebutuhan yang bersifat primer dan mana yang tersier.


Secara garis besar fenomena ini begitu menggejala dalam setiap peraayaan lebaran, namun lebih kita pahami ini telah benar menjadi budaya dalam sisi kehidupan kita, entah dalam sisi ekonomi, pergaulan sosial, maupun politik. Bukan cerita baru kalau banyak orang gaptek memilki ponsel tercanggih, bahkan dalam konsumsi biaya politik untuk sekedar renovasi gedung, jamuan minum kopi harus menelan biaya ratusan juta. Konsumeris adalah budaya merusak, melahirkan keinginan yang harus terpenuhi secara instans sehingga melahirkan perilaku isntan dalam memenuhinya.


Menatap segala realitas ini, akhirnya semua kembali kepada masyarakat itu sendiri untuk mengerti keadaannya, seberapa penting sebuah kebutuhan akan komoditas, hingga kita tidak terjerembab dalam budaya konsumerisme yang berlarut. wallahu a'lam. [MA/Ntz]

Jerat Konsumerisme dalam Merayakan Lebaran
4/ 5
Oleh
Load comments