Kendeng Melawan
Jumat, 05 Agustus 2016
inspirasi
kolom
lingkungan
Wilayah kendeng yang dalam 10 tahun terakhir menjadi rebutan para investor untuk menancapkan hegemoni kapital menjadi isu yang santer di bicarakan publik, apalagi dengan aksi yang hampir setiap bulan dilaksanakan, isu ini tidak hanya menjadi isu lokal tapi sudah menjadi isu nasional.
Aksi-aksi yang di jalankan dari demonstrasi, teatrikal, long marc, konser musik perlawanan hingga mendirikan tenda perjuangan di depan istana negara menjadi bukti bahwa penolakan warga kendeng dengan di dirikanya pabrik semen di wilayah mereka, tidak hanya seremonial semata, namun juga semangat kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan.
Warga kendeng merelakan waktu, tenaga bahkan biaya untuk melaksanakan aksi yang di jalankan, semata-mata agar keberlangsungan ekosistem alam tetap lestari dan bisa di nikmati oleh semua orang. tidak dikuasai dan dinikamti hanya orang-orang yang mempunyai kapital.
Perjalanan masyarakat kendeng dalam menuntut keadilan memberi gambaran terhadap carut marut pembanganuan negri ini. Negara yang seharusnya memberikan kenyamanan dan perlindungan masyarakat malah menjadi momok tersendiri, di setiap pembangunan yang katanmya demi kemajuaan. Pertanyaannya adalah, apakah tidak ada cara lain selain memaksakan pembangunan yang tidak di kendehaki rakyat dan mengeksploitasi alam. Apakah harus pembangunan dan kemajuan setiap bangsa di ukur dari bangunan fisik material. Memeng, kemajuan itu pasti memekan korban dan pasti ada yang di rugikan. tapi kenapa rakyat kecil yang selalu menjadi orang pertama yang di rugikan, dan alam sebagai tempat kita bernaung dan menjalani kehidupan tereksploitasi bukan untuk kemaslahatan tapi demi kepentingan para pemilik modal.
Realitas inilah yang menjadi potret negara kita hari ini. Bumi sebagai karunia Tuhan tergadaikan demi kepentingan seglintir orang. Peraturan di buat untuk melegitimasi kepentingan serta menghegemoni kekuasaan.
Memupuk kesadaran
Aksi yang di lakukan masyarakat di pegunungan kendeng ini adalah usaha untuk kesekian kalinya menyuarakan perlawanan terhadap upaya pengeksploitasi alam. Namun pemerintah sebagai pelayan masyarakat selalu mengumbar janji tanpa adanya solusi yang konkrit terhadap suara rakyat yang melawan. Pertanyaanya sampai kapan akan melawan. dalam prjuangan usaha terus menerus menjadi kewajiban.
upaya memupuk kesadaran tidak berhenti pada generasi kita hari ini, generasi kita hari ini lambat laun akan berganti pada generasi berikutnya yang kita tidak akan tahu seperti apa. karna kontek ruang dan waktu yang berbeda. Apakah generasi pewaris kendeng juga akan selalu melawan terhadap upaya perusakan alam. Inilah yang harus kita pikirkan mulai sekarang agar marwah perlawanan selalu bergelora dalam hati anak-anak muda yang sadar [doel R/ntz]