NU Pati Semarakkan Hari Santri
Hari santri nasional jatuh besok sabtu 22 Oktober 2016. Dalam rangka merayakan hari santri nasional tersebut, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Pati menyelenggarakan berbagai kegiatan. Pertama, talkshow di radio Pas FM Pati. Kedua, jalan santai, donor darah, dan pasar murah besok jum’at pagi 21 Oktober 2016 di lapangan Kecamatan Margoyoso Pati dan di Gedung Madrasah Salafiyah Kajen. Ketiga, mengadakan bacaan shalawat nariyah di seluruh masjid, mushalla, pondok pesantren, dan lembaga pendidikan pada jum’at malam sabtu, 21 Oktober 2016 pukul 19.00 WIB. Keempat, mengadakan acara shalawat bersama dengan gema “Kajen Bershalawat” yang diadakan di pusat kaum santri Pati, yaitu di desa Kajen Margoyoso Pati pada jum’at malam sabtu, 21 Oktober 2016. Kelima, mengadakan kirab dan apel mulai dari kantor PCNU Pati sampai alun-alun Pati pada hari sabtu, 22 Oktober 2016, pukul 13.00 WIB sampai selesai. Keenam, pengajian akbar pada ahad, 23 Oktober 2016, pukul 13.00 WIB di Pendopo Kabupaten Pati dengan menghadirkan Ketua PWNU Jateng, KH. Abu Hafsin, P.h.D.
Dalam konteks hari santri nasional ini, Rais Syuriyah PCNU Pati, KH. M. Aniq Muhammadun mengatakan, seluruh kegiatan hari santri ini bertujuan positif untuk mewujudkan akhlakul karimah dan tidak ada yang bertentangan dengan ajaran santri. Sedangkan Ketua Tanfidziyah PCNU Pati, KH. Ali Munfaat, menekankan supaya pelaksanaan kegiatan hari santri ini mampu mendorong elemen bangsa lain untuk bersatu padu melakukan segala hal demi kemajuan bangsa dan Negara tercinta Indonesia.
Berbagai kegiatan ini menurut Ketua Panitia Hari Santri Nasional PCNU Pati, Dr. Jamal Ma’mur, MA, menunjukkan kecintaan kaum santri kepada bangsa dan Negara. Kaum santri ingin meneruskan perjuangan para pendahulu, khususnya Hadlratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari yang mengeluarkan resolusi jihad pada tanggal 22 oktober 1945 untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih yang ingin direbut kembali oleh Belanda. Dengan resolusi jihad Kiai Hasyim, umat Islam, khususnya kaum santri, terbakar semangatnya untuk mengangkat senjata melawan kolonial Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia.
Kaum santri, lanjut Kang Jamal, terpatri dalam hatinya ‘hubbul wathan minal iman’ cinta tanah air termasuk tanda iman. Maka, segala daya dan upaya akan dikerahkan untuk menunjukkan jiwa patriotisme dan nasionalisme. Tidak mungkin santri merusak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan pemikiran dan langkah yang destruktif, seperti yang dilakukan oleh kelompok radikal yang melakukan aksi-aksi teror atas nama agama. Santri, seperti Hadlratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari mampu memaknai doktrin agama secara kontekstual sehingga Islam hadir sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Khusus di Pati ini, terdapat para figur santri yang pernah menjadi Rais Am PBNU, yaitu KH. MA. Sahal Mahfudh. Dengan fiqh sosialnya, kata Kang Jamal, Kiai Sahal memberdayakan masyarakat yang tidak mampu agar mandiri dan mampu mengarungi kehidupan dengan bahagia. Mereka diberikan pelatihan kewirausahaan, pendampingan, modal, dan monitoring secara intensif sehingga program yang direncanakan dapat berjalan dengan sukses. Oleh sebab itu, lanjut Kang Jamal, santri-santri di Kabupaten Pati harus meneladani perjuangan Kiai Sahal dan para pendahulu yang lain dengan aktif berkarya baik dalam bentuk pemikiran atau dalam bentuk pemberdayaan masyarakat sebagai bukti kecintaan yang tinggi kepada bangsa dan Negara. [Ntz]