Tugu Tani Direnovasi, Lahan Pertanian Dikebiri
Minggu, 18 Desember 2016
kolom
Untuk mempercantik wajah kota pati, patung tugu tani pun banyak yang direnovasi. Ada yang ditambahi dengan air mancur, lampu hias dan lain sebagainya. Semuanya Nampak lebih menarik dan cantik. Bagi masyarakat yang lewat atau melihat patung tugu tani, tentu saja mereka akan terpesona dan tiba-tiba ingin selfy.
Berbarengan dengan adanya renovasi tugu tani tersebut, nampaknya pemerintah Kabupaten pati juga mengebiri lahan-lahan pertanian yang ada di Pati ini. Hal itu sangat jelas ketika pemerintah memberikan izin pendirian pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng Utara yang dapat mematikan produktivitas pertanian.
Bahkan upaya untuk mengizinkan pendirian pabrik semen itu terkesan dipaksakan. Meskipun masyarakat sudah menolak, tetapi pemerintah bersikukuh untuk memberikan izin. Hal ini tentu saja sangat tidak sejalan dengan slogan Pati Bumi mina Tani tersebut.
Padahal, lahan pertanian adalah sangat penting untuk kebutuhan hidup masyarakat desa. Bahkan lahan pertanian menjadi tumpuan utama masyarakat desa untuk bertahan hidup. Pun demikian, mereka tetap tenang, aman dan nyaman. Semua kebutuhan tercukupi, masyarakat saling gotong royong, minim konflik dan solidaritas terpupuk dengan sangat kuat.
Keadaan seperti ini tentu saja patutu dipertahankan, pemerintah jangan hanya mengejar keuntungan semata, tetapi juga harus memperhatikan dampaknya juga. Apabila gunung dihancurkan, lahan pertanian dirubah menjadi perindustrian, hutan berubah menjadi hamparan pertambangan, dan jalanan penuh dengan debu yang beterbangan, pada saat itulah kehancuran tampak nyata.
Pemerintah nampaknya menutup mata dengan adanya fakta bahwa masyarakat sudah menolak dengan adanya pembangunan pabrik semen di pati. Pemerintah justru malah melawan masyarakat. Padahal, pemerintah itu tugasnya melayani, bukan bertindak semaunya sendiri. [Ntz]